Di Cirebon Ada Pitu Adzan, Di Kuningan 100 Orang Adzan Untuk Tolak Bala

KUNINGAN, RADARKUNINGAN.COM - Pitu Adzan dikumandangkan menjelang pelaksanaan Sholat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Keraton Kasepuhan Kota Cirebon.

Tujuh orang yang ditunjuk, akan melantunkan adzan secara serentak sebelum khotib naik mimbar.

Pitu Adzan atau Azdan Pitu, merupakan warisan budaya peninggalan Sunan Gunung Jati yang tetap lestari hingga sekarang ini.

Saat mengumandangkan Adzan Pitu, biasanya akan terdapat 6 muadzin yang menggunakan jubah berwarna hijau dengan sorban berwarna putih.

BACA JUGA:Bukan Jepang, Suporter Indonesia Kobarkan Gerakan Datang Bersih Pulang Bersih

Kemudian terdapat 1 orang muadzin memakai jubah berwarna putih dengan sorban dengan warna hitam.

Tradisi tersebut tetap dipertahankan, bahkan ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Berbenda Indonesia dari Cirebon.

Jika di Cirebon memiliki tradisi Pitu Adzan, salah satu desa di Kuningan memiliki tradisi serupa, namun jumlah orang yang melantunkan adzan lebih banyak.

Desa Sangkanerang, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan memiliki Tradisi Ratib, tradisi turun temurun untuk tolak bala.

BACA JUGA:Hewan yang Bisa Dipelihara di Dalam Kamar, Ampuh Untuk Menghilangkan Stres!

Tradisi Ratib yang dimiliki oleh salah satu desa di bawah kaki Gunung Ciremai itu, tetap lestari hingga kini.

Sarman, Kepala Desa Sangkanerang mengatakan, Tradisi Ratib di desanya tidak digelar secara rutin, namun dilaksanakan di waktu tertentu saja.

“Usai salat magrib, sekitar seratus orang lebih akan mengumandangkan adzan secara serentak di setiap penjuru desa, dengan harapan kita terhindar dari musibah,” kata Sarman.

Ditambahkan Sarman, Tradisi Ratib sendiri mengandung arti menolak bala, digelar jika terjadi musibah yang luar biasa yang melanda desa atau negeri Indonesia.

Sumber: