9 Negara Dihajar Banjir Bandang

9 Negara Dihajar Banjir Bandang

TERESOPOLIS -  Efek pemanasan global semakin parah. Sejumlah negara mengalami perubahan iklim yang sangat ekstrem. Di Eropa dan Amerika dilanda badai salju hebat hingga melumpuhkan sejumlah kota besar di kedua benua tersebut. Bahkan, Australia mengalami perubahan iklim drastis, yakni di sejumlah kota mengalami hujan salju saat musim panas akhir tahun lalu. Yang paling ekstrem, sekitar sembilan negara dihantam banjir bandang hingga menewaskan ribuan orang. Kemarin, sekitar 335 orang tewas di Brazil akibat banjir bandang yang diikuti tanah longsor yang terjadi sejak Selasa dini hari waktu setempat. Selain itu, korban tewas akibat banjir bandang di Australia empat hari terakhir bertambah menjadi 16 orang, atau total 26 tewas sejak awal November lalu. Sebelumnya, sekitar 1500 orang tewas karena musibah banjir di Pakistan awal Agustus tahun lalu. Sebanyak 1400 juga menjadi korban banjir di Tiongkok pada pertengahan Agustus lalu, sementara banjir Filipina menewaskan 240 orang sejak Januari lalu. Jumlah korban banjir di Pakistan sendiri dilaporkan meningkat tajam akibat wabah penyakit yang terbawa air muncul serta minimnya perlindungan bagi korban yang terkena amukan hujan badai. Lebih dari 1,5 juta orang telah terkena dampak hujan lebat, banjir dan tanah longsor di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa di wilayah barat laut negera itu. Ribuan rumah dan sebagian besar lahan pertanian juga hancur di wilayah Pakistan yang sudah bertahun-tahun terkoyak perang itu. Menurut kantor berita Associated Press, banjir dan longsor di Brazil ini dipicu oleh hujan deras yang terjadi sepanjang Selasa dan Rabu kemarin di lereng pegunungan Serrana, negara bagian Rio de Janeiro. Situasi terparah berlangsung di kota Teresopolis, yang terletak 65 kilometer sebelah utara Kota Rio de Janeiro. Curah hujan yang deras membuat sungai di pegunungan Serrena meluap dan banjir bandang pun tak terhindarkan. Banjir bandang menyeret mobil-mobil dan mencabut pepohonan dari akarnya. Binatang-binatang yang tertinggal terlihat terbawa arus. Pada sebuah tayangan televisi, terlihat warga bersusah payah mencari pegangan demi menyelamatkan diri. Rumah-rumah yang terbuat dari kayu luluh lantak, meninggalkan jejak lumpur yang dalam. Menurut laporan Badan Pertahanan Sipil Brazil, sedikitnya 146 orang tewas di kota yang kebanyakan dihuni oleh warga miskin ini. Angka kemungkinan masih akan bertambah karena proses pencarian korban belum selesai. “Banyak orang yang hilang, dan sepertinya kebanyakan dari mereka tidak akan ditemukan,” ujar seorang warga, Angela Marina, yang mengaku kehilangan 15 anggota keluarganya pada banjir tersebut kepada media Brazil, Gazeta.  Selain Teresopolis, kota Nova Friburgo dan Petropolis juga dilaporkan kehilangan warganya masing-masing masing-masing 155 dan 34. Di antara yang tewas ada empat anggota pemadam kebakaran yang tengah membantu proses penyelamatan. Tiga orang pemadam kebakaran lainnya dilaporkan hilang setelah truk pemadam mereka dihantam longsor lumpur. Di beberapa kota tetangga lain, dilaporkan lebih dari 20 orang tewas. Bahkan, di kota terbesar Brazil, Sao Paulo, dilaporkan 21 orang tewas terkena runtuhan rumah akibat longsor lumpur dan banjir bandang. Sebanyak 800 orang tim penyelamat diturunkan di kota Teresopolis untuk mencari korban tewas maupun selamat. Sampai Kamis kemarin, para penyelamat menggunakan perangkat berat, sekop maupun tangan telanjang untuk menggali reruntuhan mencari para korban. Mereka juga menggunakan helikopter dalam operasi pencarian dan evakuasi warga yang selamat di kawasan sebelah utara Rio de Janeiro. Belum dilaporkan berapa orang yang telah diselamatkan. Namun, dilaporkan, ratusan orang masih hilang, dan diperkirakan angkanya masih akan terus bertambah. Dengan banyaknya orang yang masih hilang, dikhawatirkan jumlah korban jiwa akan meningkat terus dan ditakutkan akan muncul penyakit yang ditularkan lewat air. Kemarin, Presiden Brazil, Dilma Rousseff, telah menandatangani dana bantuan pada Rabu sebesar USD 641 juta atau sekitar Rp5,7 triliun ke negara bagian Rio dan Sao Paulo yang terkena dampak banjir. Dana ini akan digunakan untuk membangun infrastruktur yang rusak dan upaya pencegahan bencana serupa di masa depan. Hujan lebat mulai turun lagi Kamis pagi ketika para petugas akan memulai pencarian dan akan terus berusaha dalam seharian. Departemen pertahanan sipil Brazil belum mengukuhkan jumlah korban yang lebih tinggi itu, tetapi para pejabat mengatakan mereka yakin ratusan mayat lagi akan ditemukan di Terespolis saja, kata laporan organisasi media Globo. Sementara itu, banjir yang melanda kawasan Australia Timur dalam lima hari terakhir membuat ibu kota negara bagian Queensland, Brisbane, tampak seperti kota mati karena tak ada aktivitas rutin setelah penduduk setempat mengungsi ke tempat aman dari ancaman banjir bandang. Menurut laporan Associated Press, Menteri Besar (pejabat setingkat gubernur) Queensland, Anna Bligh, mengatakan, hingga kemarin suasana di Brisbane dan sekitarnya masih mencekam. Di banyak tempat, air banjir masih belum surut sehingga penduduk belum boleh meninggalkan pengungsian. “Situasi saat ini masih sangat berbahaya. Penduduk pagi ini menanyakan kondisi rumah dan tempat usaha mereka kepada pihak berwenang,” kata Bligh kepada stasiun radio ABC. Hampir semua tempat di Brisbane, kota ketiga terbesar di Australia, terendam air banjir. Menurut Walikota Campbell Newman, sekitar 11.900 rumah dan 2.500 tempat usaha telah menjadi kolam, sehingga tidak dapat dihuni. Selain itu, 14.700 rumah dan 2.500 tempat usaha lainnya juga tergenang air walau tidak sampai parah. Sebanyak 2.100 jalan tidak dapat lagi terlihat dan ribuan warga memenuhi pos-pos pengungsian dan banyak warga lain pindah ke rumah-rumah kerabat. Pihak berwenang pun terpaksa memutus aliran listrik di banyak tempat untuk mencegah risiko munculnya korban akibat sengatan listrik.? Kemarin, air mencapai ketinggian 5 meter. Sebelumnya, puncak air mencapai 5,4 meter pada musibah banjir tahun 1974. Di Asia Tenggara, banjir di Filipina meluas hingga menewaskan tujuh orang lagi, menambah jumlah korban tewas akibat dua pekan hujan lebat menjadi 40 orang. Tujuh orang yang tewas terjadi dalam empat hari belakangan ini ketika banjir melanda Samar, pulau terbesar ketiga negara itu, kata Badan Manajemen Penanggulangan Risiko Bencana Nasional dalam pengumuman terbarunya. Tujuh orang lain hilang setelah terbawa arus atau terkubur tanah longsor. Tentara dan personel pemerintah mengungsikan lagi penduduk di Samar dan pulau terdekat Leyte, kata pengumuman itu. “Hujan lebat mulai turun malam Tahun Baru dan menyebabkan 1,29 juta orang di 144 kota, termasuk 338.000 orang, meninggalkan rumah-rumah mereka,” kata pejabat setempat seperti dilansir AFP. “Lebih dari 22.000 orang tinggal di tempat-tempat penampungan sementara yang dikelola pemerintah sementara menunggu air surut, dengan hampir 1.300 rumah rusak atau hancur,” tambahnya. (AFP/AP/ Reuters/iro)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: