Partner Aid International Bidik 4 SD di Kuningan

Partner Aid International Bidik 4 SD di Kuningan

KUNINGAN- Perjuangan Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Partner Aid International untuk mengajak siswa rajin menggosok gigi dan mencuci tangan pakai sabun, tidak berhenti hanya di SDN 1 Winduhaji. Tahun 2014, Tim Monev menarget empat siswa SD lain bisa diajak untuk mengerti pola sehat tersebut. Manajer Program Partner Aid International Bruce Walker menyebutkan, selain SDN 1 Winduhaji, pihaknya menarget 3 SD lain, yaitu SDN Gunung Sirah, SDN Cirea dan SDN Sukamaju. “Baru 4 SD, selebihnya punya rencana. Tapi kami selesaikan dulu 4 SD tersebut,” ujar Bruce, di sela koordinasinya dengan Bagian Kesra Setda, Senin (10/2). Ditegaskannya, program Partner Aid International bagi siswa SD tersebut tetap fokus pada kesehatan gigi anak dan mencuci tangan pakai sabun. Ia tidak melulu mengajak, tapi lebih kepada bagaimana mengadvokasi untuk perubahan mindset anak agar mengetahui sekaligus memahami betul pentingnya kesehatan gigi bagi perkembangan otak dan kecerdasan. Hasil penelitian menunjukkan 9 dari 10 siswa ternyata memiliki masalah dengan gigi. Dari jumlah tersebut, 30% gig siswa bermasalah cukup parah hingga memengaruhi saraf dan rongga mulut. Bahkan, banyak siswa tidak masuk sekolah ketika diteliti, alasannya banyak diakibatkan sakit gigi. “Hasil penelitian itu, di Jawa Barat. Di Kuningan sendiri belum ada pemeriksaan untuk penelitian tersebut. Tapi kita berencana untuk ke arah itu,” ujar dia. Yang jelas, mayoritas anak punya masalah gigi. Sedangkan masalah gigi akan sangat mengganggu proses kegiatan belajar mengajar, baik di kelas maupun di rumah. Maka selain advokasi, Bruce juga berencana akan memberikan bantuan paket kesehatan gigi bagi siswa SD. Namun sejauh ini, bantuan masih terhambat di pelabuhan. “Tapi akan segera kita ambil solusi, di mana paket kesehatan gigi akan diproduksi saja di Indonesia dengan spesifikasi yang sama. Sehingga bantuan akan lebih mudah disalurkan,” katanya. Dalam programnya, Bruce selalu menekankan agar minimal sekali sehari pasta gigi masuk ke mulut. Terlepas dari sikat gigi itu jelek, baik atau bagaimanapun tekniknya. Karena masuknya pasta gigi akan memberikan dampak kesehatan gigi. Ia bersyukur, karena respons atas programnya di Kabupaten Kuningan sangat hebat. Padahal bantuannya hanya bersifat stimulus. Yaitu hanya dengan memberikan sarana prasarana senilai Rp400 ribu per kelas. “Saya sadari, bantuan itu pasti kurang. Tapi hebatnya, mereka (pihak sekolah, red) siap berswadaya untuk kekurangannya,” ungkap Bruce, sambil mengacungkan jempol. Pola swadaya dinilainya juga sangat bermanfaat bagi civitas cademica untuk menumbuhkan rasa memiliki terhadap sarana kesehatan gigi di sekolahnya. “Memang secara berulang-ulang, saya selalu tegaskan bahwa Partner Aid tidak membawa bantuan. Partner Aid hanya ingin kerja sama,” tandas dia. Untuk bergerak ke SD lain, Bruce masih menunggu instruksi dari tim pembina usaha kesehatan sekolah (UKS) Kuningan. Tapi ia memastikan, jika Partner Aid akan fokus pada advokasi kesehatan gigi anak dan mencuci tangan pakai sabun. Bruce yang mengaku baru dua tahun menjalani program ini di Indonesia, hanya memiliki sasaran dua kabupaten di Jawa Barat, yaitu Kuningan dan Kota Banjar. (tat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: