Diagram Rekayasa Aneh akun @triomacan2000

Diagram Rekayasa Aneh akun @triomacan2000

JAKARTA - Beberapa waktu lalu beredar informasi terkait rekayasa di balik elektabilitas Jokowi sebagai calon presiden. Disebutkan, Stanley Greenberg sebagai sosok balik popularitas Jokowi. Penelusuran Radarcirebon.com di lingkungan komunitas intelijen, mengenai isu yang dikembangkan oleh sebuah akun twitter yang dikenal dengan nama @triomacan2000. Kepada Radarcirebon.com, sumber tersebut mengungkapkan berdasarkan konfirmasi kepada Kantor Greenberg Quinlan Rosner Research, belum pernah ada satupun tokoh Indonesia yang menggunakan Jasa Stanley Greenberg baik untuk pencitraan maupun pemenangan pemilu. \"Silakan cek ke kantor Stanley Greenberg di di 10 G Street, NE Suite 500, Washington DC. Silahkan kontak +1 202 478 8300 atau Fax +1 202 478 8301,\" ujar sumber tersebut kepada Radarcirebon.com, Rabu sore, (12/2). Lebih lanjut, konfirmasi sumber tersebut, tidak ada upaya pencitraan ataupun upaya mendorong salah seorang tokoh Indonesia menjadi Presiden. Menurutnya, dasar informasi dari tuduhan keterlibatan Greenberg adalah berdasarkan pada sebuah survey yang diberitakan dilakukan oleh Greenberg Quinlan Rosner Research terkait dengan 3 nama capres menjelang pemilu di Indonesia yakni Jokowi, Prabowo dan Aburizal Bakrie dan juga mengenai popularitas Partai Politik. Amatan Radarcirebon.com, akun @triomacan2000 menampilkan diagram yang menghubungkan sejumlah pihak terkait dalam rekayasa pencitraan Jokowi. Misalnya saja pencitraan tersebut didukung oleh konglomerat seperti Anthony Salim, James dan Mochtar Riyadi, serta politisi Pat Robertson (Republikan), China/RRC connection, serta berbagai lembaga yang melambungkan salah seorang tokoh Indonesia untuk menjadi Presiden Boneka. Bahkan dalam kuliah twit-nya juga disebutkan mengenai keterlibatan Intelijen Militer China dan dikait-kaitkan dengan kasus Lippogate dalam politik dalam negeri AS. \"Diagram tersebut diatas bukan saja dangkal melainkan juga janggal secara logika. Utamanya adalah mengenai kolaborasi China (Intelijen), agen (pengusaha Riyadi), Politisi (Republikan), Greenberg (Kiri - Demokrat)\" kata Pengamat Intelijen Bondan melalui selularnya kepada Radarcirebon.com, Rabu (12/2) Ia membuktikan tidak logis, unsur-unsur pendukung yang ditampilkan hampir semuanya berlawanan/beroposisi baik secara kepentingan maupun ideologi. Satu-satunya yang dapat menjadi faktor pengikat dari unsur-unsur pendukung proyek pencitraan tersebut adalah \"persepsi ancaman\" terhadap Islam yang merupakan agama mayoritas dianut bangsa Indonesia. Sehingga besar kemungkinan analisa dalam bentuk diagram diatas sengaja disusun untuk menarik perhatian umat Islam agar terbentuk persepsi tertentu terhadap salah seorang tokoh yang memiliki popularitas. \" Diagram tersebut diataslah menjadi suatu keyakinan bahwa propaganda @triomacan2000 terlalu dipaksakan dan belum matang untuk dipublikasikan menjadi polemik di tengah-tengah dunia sosial media. Andaikata Bung Triomacan belajar lebih teliti, tentunya akan dapat membangun suatu propaganda yang lebih baik dan meyakinkan,\" ungkap Bondan. Release hasil penelitian Greenberg Quinlan Rosner Research dilakukan \"tertutup\" namun kemudian dikutip sejumlah media massa. Pertanyaan selanjutnya tentu siapa yang melaksanakan survey tersebut di Indonesia? Tentunya membutuhkan pelaksana lapangan bukan? Pada tahun 1999 dan 2004, lembaga yang menjadi rujukan bagi AS tentang dinamika demokrasi di Indonesia adalah National Democratic Institute (NDI). Bahkan NDI juga membesarkan nama Presiden SBY bersama-sama survey yang dilakukan LP3ES yang kemudian akhirnya SBY menjadi presiden RI pertama yang dipilih langsung oleh rakyat Indonesia. NDI sudah memiliki jaringan yang bagus di Indonesia dan mungkin satu-satunya lembaga yang dibiayai oleh Pemerintah AS dan memiliki misi demokratisasi di seluruh dunia. NDI juga tercatat memiliki kerjasama erat dengan Greenberg Quinlan Rosner Research di berbagai negara. \"Apakah NDI yang melaksanakan survey Greenberg ataukah Greenberg yang mengklaim memiliki jaringan di seluruh dunia yang melaksanakannya sendiri belum dapat dipastikan,\" pungkasnya. (wb)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: