Warga Sukamukti Protes BTNGC
Limbah Cilengkrang Dinilai Mencemari Penduduk Sekitar JALAKSANA - Wisata alam Lembah Cilengkrang tampaknya mulai mengusik warga Desa Sukamukti, Kecamatan Jalaksana. Mereka memprotes keras Badan Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) sebagai pengelola, karena limbah wisata alam yang mengandalkan potensi curug dan air panas tersebut dirasakan telah mencemari penduduk. “Akibat buruknya memang belum terasa sekali, tapi warga sudah sangat terusik dengan limbah itu (Lembah Cilengkrang, red),” ungkap Kepala Desa Sukamukti, Nana Mulyana kepada Radar di kantornya, Selasa (18/1). Ia memastikan, setiap wisatawan Lembah Cilengkrang meninggalkan sampah di lokasi. Mata air Curug Cilengkrang yang bersih menjadi kotor, karena di lembah yang berada di atas Desa Sukamukti itu para wisatawan memanfaatkan air panas untuk berendam dan lain-lain. Berbagai fasilitas pun dibangun BTNGC untuk wisatawan. Seperti bak-bak air permanen, toilet, warung-warung dan lain-lain. “Bisa dibayangkan, dari semua fasilitas itu, air menjadi tercemar. Apalagi kalau ada wisatawan berpenyakit, lalu berendam di air panas itu. Otomatis air mengalir ke Desa Sukamuti menjadi ikut tercemar. ”Yang lebih dikhawatirkan, jika ini dibiarkan, kedepan warga kami akan menjadi korban. Kita kan dituntut berpikir ke depan. Orang BTNGC saja selalu bilang, satu pohon pinus kedepan akan bernilai miliaran rupiah. Jadi, mari kita berpikir kedepan,” tandas Nana. Dijelaskannya, warga Sukamukti khususnya, sangat mengandalkan aliran air yang bersumber dari Lembah Cilengkrang. Baik untuk keperluan pertanian, rumah tangga, keperluan air bersih sehari-sehari terutama sekali untuk keperluan air minum warga. Namun, setelah dibukanya lokasi pariwisata Lembah Cilengkrang, air yang sangat diandalkan warganya tersebut sudah tercemari oleh limbah dari Lembah Cilengkrang. Hal ini tentu merugikan warga Sukamukti. ”Pokoknya kami minta BTNGC kembali meninjau pembuangan limbah Lembah Cilengkrang,” pinta dia, dengan suara lantang. Ia berkeinginan, Lembah Cilengkrang tetap menjadi hutan seperti dulu. Jangan dijadikan wisata alam, apalagi sampai ditarif. Karena dengan kondisi itu, kawasan Lembah Cilengkrang akan tetap lestari. Sebaliknya dengan kondisi saat ini, kawasan bukan malah lestari tetapi rusak, apalagi dengan keberadaan bangunan-bangunan. Bahkan berakibat buruk terhadap pencemaran limbah kepada penduduknya, juga penduduk desa lain. Karena posisi Lembah Cilengkrang berada di atas. Lebih dari itu, warga Sukamukti juga mengajukan komplain berat kepada BTNGC yang telah mengusir warga Sukamukti dari kawasan TNGC. Warga Sukamukti disuruh turun untuk tidak menggarap lahan TNGC tetapi BTNGC malah memanfaatkannya untuk komersil. ”Samasekali tidak ada solusi buat warga kami yang terusir itu. Waktu diusulkan, mereka bahkan bilang kalau ada warga menggarap lahan TNGC berarti maling. Mana ada maling dikasih hadiah,” beber dia, menirukan bahasa orang BTNGC. Mendengar hal itu, karuan warganya hampir mengamuk jika tidak ditahan. Terlebih memang kontribusi buat desa-desa di sekitar kawasan TNGC juga tidak ada. Padahal, sejak BTNGC membuka wisata alam Lembah Cilengkrang, mereka menarik tarif masuk setiap wisatawan Rp4.000. (tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: