Menyanyi Bersama Putri Indonesia

Menyanyi Bersama Putri Indonesia

SURABAYA - Derita yang dialami korban letusan Gunung Kelud mengusik hati Putri Indonesia 2014 Elvira Devinamira. Kemarin dia mengunjungi para pengungsi di Kantor Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Kedatangan Vira menjadi pusat perhatian para pengungsi, terutama anak-anak. Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu membagikan bantuan berupa makanan, sabun, dan pasta gigi. Dia juga berbagi keceriaan dengan para pengungsi. ”Saya ini orang Jawa Timur juga. Tentu musibah ini juga menimbulkan kesedihan bagi saya. Saya berharap Gunung Kelud bisa kembali normal dan ibu-ibu bisa kembali ke rumah masing-masing,” ungkap perempuan 20 tahun itu. Gadis ayu tersebut juga tak canggung bernyanyi bersama anak-anak pengungsi. Dia menyanyikan berbagai lagu anak-anak. Vira pun tampak lihai mendekati anak-anak. Dia bisa bergaya seperti pendidik di taman kanak-kanak. ”Semoga adik-adik bisa kuat dan tetap ceria, ya,” katanya. Sementara itu, para pengungsi mulai menghadapi masalah kesehatan. Setidaknya 55 pengungsi berobat di pos kesehatan karena sakit. Dua di antaranya terpaksa dirujuk karena lemas dan dehidrasi. Dua pasien yang harus dirujuk untuk rawat inap kemarin adalah Surip (79) dan Jiman (83). Pengungsi yang sakit itu mengalami masalah pernapasan dan saluran pencernaan. ”Paling banyak mengeluhkan sakit batuk. Mungkin penyebabnya abu,” kata Ichwan, petugas di Puskesmas Ngancar. Selain masalah kesehatan, pengungsi mengeluhkan kenyamanan di lokasi penampungan. Misalnya, di Balai Desa Segaran dan Gadungan. Stok makanan terbatas. Para pengungsi baru dapat jatah makan pagi pukul 09.00. Tidak ada stok makanan untuk bayi. Jatah makan sore juga telat. Jumat lalu (14/2), misalnya, mereka mendapat jatah makan sore pukul 18.00. Setelah dibuka, ternyata sebagian makanan sudah basi. Setelah dikembalikan kepada tim satlak, para pengungsi mendapatkan nasi pengganti pada pukul 21.00. Karena ketidaknyamanan itu, sebagian pengungsi memilih pulang ke rumah masing-masing. Di Balai Desa Segaran sebelumnya ada 64 kepala keluarga atau sekitar 300 orang yang mengungsi. Kemarin tinggal sekitar 40 perempuan dan anak-anak. (git/ut/JPNN/c10/ca)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: