Tradisi Surak, Lempar Uang Koin di Watu Tameng Makam Sunan Gunung Jati, Diyakini Bisa Menolak Bala
Suasana di komplek makam Gunung Jati. Foto dukumen, tidak mewakili kondisi saat ini. -Dokumen-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM - Ada tradisi unik yang biasanya dilakukan oleh para pengunjung yang akan ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati, di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Namanya tradisi surak. Tradisi ini merupakan bersedekah dengan melempar uang koin di Watu Tameng. Batu bersejarah ini berada di jalan raya dekat komplek Makam Gunung Jati, Cirebon.
Bagi warga setempat dan para peziarah, tradisi bersedekah dengan menebar uang koin ini diyakini bisa menolak bala. Selain itu juga bisa terjauh dari mara bahaya dan hal-hal negatif lainnya.
Watu Tameng merupakan batu yang diselimuti dengan kain putih. Batu ini dulunya merupakan tanda tapal batas.
BACA JUGA:Pantauan Jalur Cirebon-Kuningan, Lenggang di Dalam Kota, Ramai di Jalur Wisata
Letaknya berada di tepi Jalan Raya Sunan Gunung Jati. Jalan ini merupakan jalan nasional yang menghubungkan Cirebon dan Indramayu.
Bagi para pengunjung yang akan berziarah ke makam biasannya melakukan tradisi surak. Tradisi ini sudah berlangsung lama dan turun temurun.
Watu Tameng hingga sekarang masih dikeramatkan. Batu ini dulunya merupakan tanda tapal batas antara 2 pesantren yang ada di tempat itu.
Di sekitar Kompleks Makam Gunung Jati dan Gunung Sembung tersebut, dulunya terdapat 2 pesantren yang sangat terkenal. Di satu sisi ada Pesantren Giri Amparan Jati. Pesantren ini didirikan Syekh Nurjati pada 1420 Masehi.
BACA JUGA:Penyebab Awal Hingga Terjadi Aksi Tawuran di Depan RS Budi Asta Kalitanjung
Sementara di sisi yang lain ada Pesantren Sembung. Pesantren ini lebih muda usianya. Didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada 1440 Masehi.
Di antara kedua pesantren itulah ada Watu Tameng sebagai tanda tapal batas. Kini, kedua Pesantren ini menjadi Kompleks Makam Sunan Gunung Jati.
Komplek makam ini terletak di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Komplek ini berada di jalan nasional yang menghubungkan Cirebon dan Indramyu.
Pesaantren Giri Amparan Jati sepeninggal Syekh Nurjati kemudian dilanjutkan oleh Pangeran Cakrabuana. Setelah itu kalu dipimpin oleh kemudian Syekh Datuk Kahfi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: