Semua Fasilitas di Kawasan Bima Rusak
Kawasan Bima memiliki fasilitas olahraga yang cukup lengkap, baik di Stadion Madya (Bima Madya) yang milik Pemkot Cirebon, maupun Stadion Utama (lapangan bola hingga area di luar stadion yang milik Pertamina. Sayangnya, fasilitas-fasilitas di dua titik itu kini memprihatinkan. ============================ SECARA keseluruhan, kawasan Bima memiliki 2 lapangan sepak bola, enam lapangan tenis, dua lapangan basket, kolam renang, lapangan tembak, Sekretariat PSIT, GOR Bima, dan basecamp Merpati Putih. Ada juga beberapa fasilitas WC umum yang berada di sekitar penjuru stadion sepak bola. Namun kawasan yang diperuntukkan sebagai sarana olahraga ini jauh dari kata memuaskan. Di setiap sudut nampak kekumuhan yang ditimbulkan oleh sampah yang berserakan. Beberapa bangunan, seperti Sekretariat PSIT (Persatuan Sepak bola Indonesia Tjirebon) dan fasilitas kolam renang terbengkalai. Di gedung PSIT misalnya, atap gedung itu sudah hancur dan kumuh oleh kotoran. Belum lagi dinding bangunan yang dipenuhi aksi vandalisme. Sementara fasilitas kolam renang, walau akses pintu masuk terkunci, tetap saja ada orang yang bisa keluar masuk dengan meloncati pagar pembatas. Padahal fasilitas kolam renang itu merupakan salah satu hadiah Wali Kota Khumaedi Syafrudin untuk prestasi cabang olahraga renang yang menjuarai PON. Hal sama juga nampak di dua buah lapangan basket. Karena sudah lama tidak digunakan, ring basket di lapangan tersebut sudah rusak. Nampak juga ilalang yang sudah meninggi di sepanjang lokasi. Selain itu, tak ketinggalan akses jalan menuju Bima juga cukup parah. Tak terhitung jumlah lubang yang tersebar di jalanan tersebut. Bahkan karena sudah cukup lama berlubang ada jalan di kawasan tersebut yang tertutup oleh air hujan. Tentu saja pengendara harus berpikir dua kali jika ingin melewati jalan tergenang itu. Amin, salah satu pengunjung kawasan Bima mengatakan kondisi ini terjadi karena kawasan Bima tidak memiliki pengelola dan penjagaan. Sehingga kerap kali disalah gunakan tangan-tangan jahil untuk berbuat yang tidak diinginkan. \"Ini karena tidak adanya pengelolaan. Coba kalau ada, pasti akan lebih tertib,\" katanya kepada Radar, Selasa (25/2). Karena tidak adanya pengawasan dan pengelolaan, kawasan itu kerap dijadikan tempat mesum oleh anak-anak muda. Nampak, di sisi dan pinggir jalan serta di bawah pohon yang teduh para pedagang memanfaatkan lokasi untuk berjualan. Yang lebih ironi lagi sebagian warga ada yang memafaatkan tribun penonton di stadion untuk menjemur pakaian. Hal ini tentu saja menjadi sebuah tamparan dan cabuk bagi pemerintah untuk segera memaksimalkan potensi kawasan Bima tersebut. Hal unik kedua, adalah lapangan sepakbola yang kerap dijadikan tempat menggembala kambing oleh para peternak tradisional. \"Mungkin inilah sebabnya kenapa sepak bola dari Kota Cirebon tidak bisa maju,\" ungkap salah seorang pengunjung yang enggan disebutkan namanya. Secara terpisah, Asisten Pemerintahan Daerah Bagian Umum Drs Asep Dedi MSi mengatakan pihaknya belum bisa mengelola Stadion Utama karena proses hibah dari Pertamina belum terwujud. Pada pertemuan terakhir dengan pihak Pertamina di Jakarta, kata Asep Dedi, pihak Pertamina mengizinkan pemerintah kota untuk menggunakan fasilitas olahraga di Stadion Utama Bima dalam rangka pelaksanaan Porda. \"KONI diberikan izin untuk menggunakan fasilitas yang ada selama keperluan porda,\" ujarnya. Perjalanan alih kepemilikan Stadion Bima kepada pekot, sambung Asep, masih membutuhkan proses yang panjang. Dia tidak bisa memprediksi kapan aset tersebut bisa segera dimiliki oleh pemerintah. \"Yang pasti selama ini kami terus berproses. Untuk penerimaan hibah ini kan urusannya sudah bukan lagi ke Pertamina, tapi ke kemenkeu,\" tukasnya. Terkait penertiban penyalahgunaan kompleks olahraga, Asep mengatakan hal itu masih merupakan ranah Pertamina. Mengingat, aset tersebut masih merupakan milik Pertamina. \"Masih tugasnya Pertamina, kecuali kalau memang itu tanahnya milik pemerintah,\" lanjut Asep. Dirinya pun menegaskan, pemerintah kota berusaha untuk melakukan penataan atau perbaikan secara bertahap. \"Yang jelas kita diizinkan untuk menggunakan kompleks tersebut oleh pihak Pertamina untuk kepentingan porda. Untuk perawatan dan lain-lain itu masih di Pertamina,\" tukasnya. (jml/kmg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: