Rinjani Juni

Rinjani Juni

Puncak Rinjani. Foto:-M Rona Anggie-

Oleh: M Rona Anggie

AH, Rinjani. Setiap jengkalmu adalah keindahan. Langkah-langkah tak mudah. Menambah ketinggian. Rehat sebelum jembatan. Jurang membentang. Punggungan berselimut kabut.

Paman sabana mengucap selamat datang. Hijau memukau. Perbukitan nan menawan. Naik-turun. Berkelok. Mendung menggelayut. Ujung tanjakan tampak. Gaass bro... Paru-paru kerja keras. Oksigen segar sliweran di teras rumah Bunda Anjani.

Inget baru teras, bray!

Di depan sana, tujuh keajaiban dunia... a.k.a tujuh bukit kegembiraan, siap melayani.  Kami yang mendaki Minggu (2 Juni 2024), tersenyum tipis melihatnya. Harap-harap cemas.

Garis tanjakan diapit pinus-pinus. Diselingi batu besar. Bikin ciut bulu kaki. Bikin sembunyi bulu lainnya. Tapi otot paha emoh nyerah. Otot betis enggan takluk. 

Gan, percuma dong udah latihan di rute Ajisaka. Ada yang di Surken juga. Bahkan ada yang di jalur Senaru. Kata otot paha dan betis, kompak.

Okeee, jajal klo gitu! Ujar otak.

BACA JUGA:Cuti Idul Adha, Samsat Kota Cirebon Buka atau Tutup?

BACA JUGA:Ayu Mundur dari PDIP, Bambang Mujiarto: Cari Perhatian Saja!

Mengayunlah langkah para bapak dan anak muda itu. Gank fourties ada abah Orick dan nyonya, uda Jhoni plus teteh, pak by you, om Teguh, mas Yoke dan saya. Lainnya usia 30-an dan 20-an. Termasuk guide Agung, Popo, dan cah Pulau Seram kaki Binaiya, Lhotse.

Ah, Rinjani. Kami serupa Astrea Grand, dibanding porter-porter itu. Mereka Kawasaki KLX. Sepatu gunung kami, keren punya. Sendal jepit mereka, sakti gila. Seolah diberi ajian peringan tubuh. 

Santai mereka memikul beban dua keranjang. Pundak laksana tugu triangulasi. Swallow dan Skyway lincah melibas tanah berdebu. Melesat melewati tangga besi. 

“Sebentar lagi,” ucap mereka menghibur. “Habis tangga, baru Plawangan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: