DPPKBP3A Sebut Kasus Perceraian Kabupaten Cirebon Peringkat Kelima di Jawa Barat

DPPKBP3A Sebut Kasus Perceraian Kabupaten Cirebon Peringkat Kelima di Jawa Barat

MASIH TINGGI: Kepala DPPKBP3A Kabupaten Cirebon Hj Eni Suhaeni SKM MKes (kanan) membeberkan terkait masih tingginya angka perceraian dan pernikahan anak di Kabupaten Cirebon, kemarin.-Samsul Huda-radarcirebon.com

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Angka perceraian di Kabupaten Cirebon menduduki peringkat kelima di Jawa Barat. Tercatat sekitar 7000-an kasus perceraian terjadi setiap tahunnya.

Mayoritas kasus perceraian dipicu beberapa faktor, di antaranya ketidakharmonisan rumah tangga, masalah ekonomi, hingga perselingkuhan.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Cirebon, Hj Eni Suhaeni SKM MKes mengatakan, berdasarkan data yang Pengadilan Agama Kabupaten Cirebon perceraian per tahun 7000 kasus lebih. Bahkan, masuk peringkat kelima di Jawa Barat.

Menurut Eni, pihaknya tengah berupaya melakukan berbagai program pencegahan, seperti edukasi mengenai pentingnya komunikasi dalam rumah tangga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

BACA JUGA:SMA Islam Al Azhar 5 Raih Peringkat 1 EADP

“Permasalahan ekonomi sering kali menjadi pemicu utama perceraian. Kami akan terus mengupayakan program-program yang mendukung ketahanan ekonomi keluarga, agar angka perceraian bisa ditekan,” kata Eni, usai acara workshop peningkatan wawasan bagi anggota KPPI Kabupaten Cirebon, Kamis (19/9).

Selain itu, lanjut Eni, pihaknya juga menggandeng tokoh agama dan masyarakat untuk memberikan penyuluhan dan konseling  kepada pasangan yang baru menikah, dengan harapan bisa meminimalisir potensi konflik yang berujung perceraian.

“Kami berharap tingginya angka perceraian di Kabupaten Cirebon bisa menjadi perhatian semua pihak, termasuk masyarakat luas, untuk lebih peduli terhadap ketahanan keluarga di Kabupaten Cirebon,” terangnya.

Selain masalah perceraian, Eni juga menyoroti persoalan pernikahan anak di Kabupaten Cirebon. Meskipun tren pernikahan anak mengalami penurunan, kasus tersebut masih berada di posisi tinggi di Jawa Barat.

BACA JUGA:Herman Suryatman: Kampanye Harus Rutin Masif Terukur

“Meskipun angka pernikahan anak turun, Kabupaten Cirebon masih berada di peringkat tertinggi di Jawa Barat,” paparnya.

Eni mengaku, pihaknya terus berupaya keluar dari lima besar ini dengan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan. Salah satu fokusnya adalah mengedukasi anak-anak sekolah agar tumbuh menjadi remaja yang sehat dan berkualitas, serta mencegah terjadinya pernikahan di usia dini.

“Kami berharap, tingginya angka perceraian di Kabupaten Cirebon diharapkan dapat menjadi refleksi bersama untuk terus meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan menekan faktor-faktor yang memicu perpecahan rumah tangga,” pungkasnya. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: