Uniku Sikapi Asean Economic Community 2015
KUNINGAN- Kompetensi mahasiswa Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Kuningan (Uniku), dipertajam melalui seminar sehari tentang Peluang dan Tantangan Profesi Akuntan Menghadapi Asean Economic Community 2015, di Student Center Kampus I Uniku, Kamis (13/3). Ikatan perkembangan pengetahuan akuntansi, baik secara nasional maupun internasional pun diperkuat melalui bangunan kerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Memorandum of understanding (MoU) ditandatangani Rektor Uniku, DR H Iskandar MM dan Ketua IAI Edi Junaedi AK MSi. Iskandar mengakui, Asean Economic Community 2015 menjadi tantangan besar bagi perguruan tinggi. Salah satunya, perdagangan bebas. Maka menurutnya, secara strategis harus disikapi melalui berbagai persiapan diri. “Jika tidak dipersiapkan dari sekarang, maka kita akan kalah di negeri sendiri,” tegas Iskandar. Gejala kekalahan sudah terasa di Ibu Kota Jakarta. Di usaha level menengah saja, pengusahannya sudah menggunakan jasa akuntan dari Filipina. Di negeri itu, sumber daya manusia memang dipersiapkan. Selain itu, mayoritas pengusaha Jakarta berasal dari etnis China. Sehingga Bahasa Mandarin bagi mereka adalah faktor penentu. Karena itu, ia menekankan, selain mengasah kompetensi, kuasai juga dua bahasa, yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin. “Saya tidak khawatir dengan kompetensi dosen dan mahasiswa akuntansi. Tinggal mereka sungguh-sungguh. Hanya dua bahasa tersebut juga penting dikuasai agar akuntan kita berdaya saing tinggi. Kalau Bahasa Inggris kita sudah punya prodi-nya. Nah Bahasa Mandarin bisa saja nanti kita masukan ke kurikulum Prodi Akuntansi. Ini urgen sekali,” tandasnya. Ketua Prodi Akuntansi Enung Nurhayati SE AK membenarkan, akuntansi bukan hanya persoalan kompetensi. Bahasa asing pun sangat mendukung. Terutama Bahasa Inggris dan Mandarin yang sudah banyak dikuasai para akuntan mancanegara. “Bahasa Mandarin bagi kita impian. Kalau memungkinkan, kita masukan ke kurikulum, kebetulan tahun ini ada peninjauan kurikulum. Kalau disepakati dan SDM ada, kenapa tidak,” ujar Enung. Terkait kerja sama dengan IAI, jelas Enung, lebih kepada kebutuhan up-date perkembangan pengetahuan akuntansi yang setiap saat berubah. Sehingga memunculkan hal baru yang mesti diketahui dosen dan mahasiswa. “Jangan sampai dosen dan mahasiswa kita ketingalan informasi perkembangan ilmu akuntansi. Maka kita butuh kerja sama dengan IAI,” pungkasnya. (tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: