Mengenang Machmud Pasha, Komandan Pasukan Setan dari Cirebon yang Ditakuti Belanda
Potret Machmud Datuk Pasha, pemimpin 'Pasukan Setan' dari Cirebon. Foto:-Istimewa -Radarcirebon.com
BACA JUGA:Alhamdulillah! Prabowo Teken PP Penghapusan Piutang untuk Pelaku UMKM
BACA JUGA:Rekrutmen PPPK Tahap 2 Segera Dibuka, Berikut Cara dan Jadwal Seleksinya
Tidak hanya itu, serdadu Belanda sering kecele saat melakukan pengepungan, sebab Machmud Pasha dan pasukannya selalu berhasil meloloskan diri.
“Karena pasukan itu menyerangnya menjelang Maghrib, jadi ketika pasukan Belanda diserang, mereka melakukan umpan balik tidak bisa. Maka mereka itu disebutnya Pasukan Setan oleh Belanda," kata Andy Machyadi Pasha, anak ke-3 Machmud Pasha, Selasa (5/11/2024).
Dalam satu sergapan Belanda, Machmud Pasha sempat terluka, namun dia berhasil selamat meski tidak luput dari sejumlah luka tembakan.
“Pada saat serangan di Petratean, ayah saya sempat berhadapan langsung dengan sedadu Belanda. Ayah saya saat itu terkena tembakan di punggung, dagu, bahu, dada, dengkul dan tumitnya sampai harus dirawat di Rumah Sakit Gunung Jati," kata Andy Machyadi Pasha.
Pasukan Belanda gagal menguasai Indonesia pada agresi militer yang pertama, mereka kembali pada 1949 dalam peristiwa yang dikenang sebagai Agresi Militer yang kedua.
Machmud Pasha kembali terlibat dalam peristiwa genting ini. Dia memerintahkan pasukannya untuk dalam pengepungan besar-besaran di Kota Cirebon.
Pengepuangan ini dilakukan untuk membebaskan Kota Cirebon dari kekuasaan Belanda.
Lokasi pengepungan antara lain di wilayah Sunyaragi. Peristiwa ini menyebabkan 15 pejuang kemerdekaan gugur.
Kelak, di lokasi gugurnya 15 pejuang tersebut didirikan Monumen Perjuangan Rakyat Cirebon.
“Pada saat itu tentara Belanda akan menguasai pemukiman di Sunyaragi. Ayah saya kemudian memerintahkan pasukannya untuk membebaskan Sunyaragi dengan mengevakuasi penduduk dan melakukan serangan terhadap pasukan Belanda," tutur Andy Machyadi Pasha.
Menurut Andy, Machmud Pasha juga banyak terlibat dalam peristiwa bersejarah Indonesia.
Misalnya saat operasi penumpasan pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) dan angkatan Perang Ratu Adil (APRA) bentukan Westerling.
Selain itu, “Pasukan Setan” yang dipimpinnya juga semakin mendapatkan simpati dari rakyat dengan menumbuhkan jiwa nasionalisme, sehingga kekuatannya semakin bertambah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: