Seperti Era STY di Indonesia, Kesuksesan Timnas Maroko: Pembinaan Usia Dini dan Pemain Keturunan

Seperti Era STY di Indonesia, Kesuksesan Timnas Maroko: Pembinaan Usia Dini dan Pemain Keturunan

Era Shin Tae-yong Skuad Garuda lakukan pembinaan usia dan pemain keturunan -radarcirebon.com-Foto via shintaeyong7777- Instagram

RADARCIREBON.COM - Timnas Indonesia saat era kepelatihan Shin Tae-yong telah menerapkan sistem pembinaan usia dini dengan memberikan ruang bagi Garuda muda untuk tampil di ajang kompetisi bergengsi, untuk memberikan suatu pengalaman berharga pada mereka.

Namun hal tersebut tak hanya menjadi sebuah pengalaman yang berharga, dikarenakan dapat membentuk mental para pemain muda Garuda Indonesia agar mereka lebih matang untuk lawan tim-tim luar yang lebih tangguh.

Saat era kepelatihan Shin Tae-yong, pelatih asal Korea Selatan ini juga menggunakan para pemain keturunan dalam Skuad Garuda Indonesia, karena adanya para pemain keturunan sangat amat baik dalam tim Garuda Indonesia.

Bahkan saat ini Indonesia berhasil tembus Round 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026, itu semua berkat ada nya kekuatan pemain keturunan Indonesia dan strategi STY, namun di pertengahan jalan sebagai pelatih STY di pecat PSSI.

BACA JUGA:Kebakaran di Cirebon Hari Ini, Rumah Warga Taman Kalijaga Permai Dilalap Api

Dan kini di gantikan oleh Patrick Kluivert yang merupakan sosok pelatih anyar dari Belanda pengganti coach Shin Tae-yong yang menjabat sebagai pelatih di Timnas Indonesia, Kluivert di tugaskan untuk meloloskan Indonesia di Piala Dunia.

Dampak dari pembinaan usia dini dan pemain keturunan di tiap negara memang sangat cocok untuk kemajuan sepakbola di negara-negara tersebut, karena tak hanya Indonesia saja yang menerapkan hal itu, negara Maroko contohnya.

Negara Maroko, dalam laga Semifinal Piala Dunia 2022, dari 11 pemain utama, 4 orang lahir di Maroko, 7 orang lainnya (naturalisasi ) lahir di berbagai negara lainnya yang bermain untuk tim nasional Maroko di Piala Dunia.

Kini Maroko telah berhasil menerapkan sebuah program pembinaan usia dini dan para pemain keturunan nya, karena baru-baru ini mereka jadi kekuatan baru di dunia sepakbola dengan segala pencapaian nya di kompetisi.

BACA JUGA:Mitos atau Fakta: Makin Banyak Keringat, Makin Banyak Kalori yang Terbakar? Begini yang Sebenarnya

"Sepak bola Maroko dulu tidak bagus di tingkat internasional. Diagnosisnya mengungkap adanya kekurangan latihan," terang direktur akademi Nasser Larguet, dikutip dari YouTube The Aga Khan Award radarcirebon.com (17/1/2025)

"Jadi Yang Mulia meminta mendirikan proyek latihan, yang hasilnya adalah pembangunan akademi ini," Sambungnya.

"Raja Maroko (Mohammed VI) mengucurkan 10 juta euro untuk sepak bola setiap tahun dan mendirikan akademi yang lebih bagus dari Clairefontaine Perancis," 

Ya, sedangkan di dalam negeri Maroko, Raja Maroko mendirikan Mohammed VI Football Academy yang bertujuan sebagai investasi untuk memajukan sepak bola nasional agar kompetitif dan berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: