Petani Garam Hentikan Produksi
SUMBER - Hujan yang terus menerus seperti saat ini, membuat para petani garam yang ada di Kabupaten Cirebon mengeluh. Bahkan, tahun 2010 lalu, di Kabupaten Cirebon tidak ada produksi garam. “Tahun 2010 tidak ada produksi karena hampir selama tahun itu hujan tidak pernah berhenti. Curah hujan yang tinggi memengaruhi kualitas garam sehingga petani lebih memilih tidak membuat garam,” tegas Kepala Disperindag Drs H Haki MSi ketika ditemui Radar, kemarin. Berdasarkan data dari Disperindag, luas areal garam di Kabupaten Cirebon sekitar 2.944 hektare. Namun dari luas itu, hanya 858 hektare yang digunakan sementara sisanya digunakan untuk tambak. Adapun jumlah petani garam sebanyak 1.534 orang. Sementara, untuk produksi dari luas areal tersebut sebanyak 51.480 ton. Untuk wilayah Kabupaten Cirebon sendiri membutuhkan 20 ribu ton garam pertahun. Dengan perincian, untuk kebutuhan industri 5 ribu ton dan konsumsi 15 ribu ton. ”Jadi kalau dilihat dari kebutuhan dan jumlah produksi kita masih lebih. Makanya, garam Kabupaten Cirebon ini dijual ke Bandung dan Sukabumi,” tambah Haki. Soal pengembangan lahan garam, menurutnya hal itu sangat memungkinkan karena areal garam sendiri masih cukup luas. “Hanya saja, apakah petani sendiri mau atau tidak? Soalnya, produksi garam ini sangat bergantung kepada faktor cuaca,” ujarnya. Lanjut Haki, saat ini harga garam krosok sebesar Rp1.200/kg, karena produksi menurun. Sementara kalau musim panas, garam berlimpah dan harganya pun turun menjadi Rp800/kg. ”Kalau cuaca lagi panas, untuk 1 hektare bisa menghasilkan garam sekitar 60-70 ton. Sekarang petani sudah menggunakan teknologi sehingga hasilnya lebih baik dan ukuran garamnya besar,” terangnya. (ras)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: