Demi Prestise Daerah, BanyakPeserta “Bayaran”
KUNINGAN - Setiap pelaksanaan MTQ baik tingkat kabupaten, provinsi dan nasional yang namanya “ngebon” qari dari luar derah sudah biasa. Begitu juga pada pelaksanaan MTQ ke-33 tingkat Jawa Barat di Kabupaten Kuningan. Istilah qari “bayaran” sudah tidak asing lagi. Bahkan, sesama teman satu daerah terpaksa bersaing untuk kafilah yang membayar mereka. Hal tu demi ambisi daerah meraih prestise. “Saya tahun ini terpaksa membela daerah lain. Pasalnya, pada tahun ini hanya masuk tiga besar tingkat kabupaten. Eh, ketika mengikuti MTQ di daerah tetangga saya juara dan sekarang kami bertanding dengan rekan yang kemarin bertanding di tingkat daerah,” ucap salah seorang qari kepada Radar, kemarin (28/3). Menurut pria yang enggan disebutkan namanya itu, bukan hanya dirinya yang melakukan cara seperti itu. Namun nyaris semua daerah melakukan, terutama pada cabang-cabang yang terbilang sulit. Ia sendiri di kafilah yang baru ini ditargetkan untuk meraih juara. Bukan hanya bonus yang akan mengalir, lanjut dia, namun nanti bisa dikontrak berulang-ulang. Ternyata pria yang sudah menikah ini bukan hanya mewakili kabupaten/kota untuk provinsi pun sudah pernah. “Saya pernah dibon provinsi yang ada di pulau Sumatra. Hal ini tentu kebanggaan karena di Provinsi Jabar (saya, red) tidak dilibatkan karena dinilai ada yang lebih bagus,” jelasnya. Menurut dia, qari atau qariah “bayaran” sudah menjadi rahasia umum. Bahkan, dewan hakim juga tahu, karena di antara dari mereka merupakan guru para qari dan qariah. Jadi, di antara dewan hakim sudah mengetahui kemampuan para peserta. Biasanya jika kemampuan peserta hamper sama, yang membedakan hanya keberuntungan ketika terpilih jadi juara. Bisa saja peserta A kurang vit badannya, padahal kalau sehat ia bisa jadi juara. Hal ini diakui para pembina dari masing-masing kafilah. Dari beberapa pembina dan ofisil qari “bayaran” sudah lama ada. Pemprov Jabar sendiri ingin membina qari putra daerah. “Ada satu daerah yang setiap MTQ selalu juara umum, yaitu Kota Bandung. Mereka bisa juara karena semua universitas terbaik ada di Bandung. Mereka tinggal mengambil qari dan qariah terbaik yang tengah kuliah. Karena yang dilihat tempat domisili bukan kelahiran. Ketika mahasiswa itu tinggal minimal enam bulan sudah bisa dikatan jadi warga Bandung,” ucap salah seorang pembina yang juga enggan disebutkan namanya. Ia juga berharap, fenomena qari dan qariah “bayaran” tidak terjadi. Karena berdampak terhadap putra daerah yang tidak bisa berkembang. Menurutnya, MTQ tidak bisa disamakan dengan pertandingan bola yang pemainnya bisa dibon atau dibayar untuk memerkuat tim lain. Sementara itu, kafilah Kuningan sendiri Menurut Kabag Kesra Setda Kuningan Drs Toto Toharudin MPd yang juga panitia mengirim wakil asli Kuningan. Bagi dia, meski keluar sebagai juara umum jika qarinya dari luar tidak menjadi kebanggaan. “Saya sudah tegaskan kalau ada qari dan qariah bayaran maka akan dicoret. Kuningan lebih baik tidak juara tapi produks asli,” ujar dia. (mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: