Petani di Perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Indramayu Minta Dibangun Jalan Usaha Tani dan Jembatan

Petani di Perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Indramayu Minta Dibangun Jalan Usaha Tani dan Jembatan

Paguyuban Rempug Tani Lintas Wilayah Cirebon–Indramayu membutuhkan JUT dan jembatan yang terputus sungai Jagawurian.-Samsul Huda-RADARCIREBON.COM

CIREBON, RADARCIREBON.COM - Puluhan petani di wilayah perbatasan Kabupaten Cirebon dan Indramayu mengeluhkan sulitnya akses jalan ke lahan pertanian mereka.

Para petani di wilayah tersebut menghadapi kendala serius akibat belum tersedianya infrastruktur jalan usaha tani (JUT) yang layak dan ketiadaan jembatan penghubung lahan garapan.

Wilayah perbatasan itu mencakup Desa Jagapuralor, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon dan Desa Tegal Mulya, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu.

Di area inilah para petani dari dua kabupaten bergantung pada akses jalan dan jembatan untuk aktivitas pertanian mereka.

BACA JUGA:Berbeda Konsep, Aksi Unjuk Rasa Jalan Rusak Kabupaten Cirebon Jilid II Fix Digelar Akhir Pekan Ini

BACA JUGA:'Mentereng' Diganti 'Gupak', Keselnya Warga Cirtim terhadap Infrastruktur Jalan

BACA JUGA:7 Kasus Narkoba Diungkap Polresta Cirebon April 2025, TKP dari Jamblang sampai Gebang

Ketua Paguyuban Rempug Tani Lintas Wilayah Cirebon–Indramayu, Dedi Abas, meminta pemerintah daerah dari kedua kabupaten untuk duduk bersama dan menyusun perencanaan infrastruktur secara terintegrasi, khususnya pembangunan jalan usaha tani dan jembatan di kawasan perbatasan tersebut.

"Selama ini, pembangunan yang dilakukan masih mengedepankan ego sektoral dan bersifat administratif-teritorial.”

“Padahal, kondisi lapangan di wilayah perbatasan berbeda dan membutuhkan pendekatan yang lebih kolaboratif," ujar Dedi, Senin 14 April 2025.

Ia juga menyoroti bahwa kebijakan yang diterapkan masing-masing pemda kerap tidak selaras. Akibatnya, sejumlah infrastruktur seperti jalan dan saluran irigasi tidak bisa dimanfaatkan secara optimal karena tidak terhubung secara utuh.

BACA JUGA:Azrul Ananda Gowes Surabaya-Jakarta, Undang Pramono Anung Main Basket di DBL Festival

BACA JUGA:Di Majalengka Dana Desa Diduga untuk Judi Online, Sekdes Cipaku Jadi Sorotan

"Hal ini berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat perbatasan yang sejatinya saling bergantung satu sama lain," terangnya.

Senada disampaikan Sekretaris Paguyuban Rempug Tani, Casudi. Menurutnya, petani di Tegal Mulya maupun Jagapuralor memiliki kebutuhan yang sama, yaini akses jalan pertanian serta jembatan yang menghubungkan sawah garapan.

Sayangnya, ketidakterpaduan perencanaan pembangunan membuat manfaat infrastruktur belum bisa dirasakan secara maksimal.

Salah satu persoalan utama adalah belum tersambungnya jalan poros utama sepanjang 5 km yang melintasi kawasan pertanian di sepanjang aliran Sungai Jagawurian.

Jalan ini menghubungkan wilayah Jagapuralor (Cirebon), Kedokan Bunder Wetan, Tegal Mulya, hingga Kapringan (Indramayu).

BACA JUGA:Kesulitan Data, DPRD Segera Bentuk Pansus BPJS

BACA JUGA:Geger Penyelewengan Dana Desa di Cipaku Majalengka, Inspektorat Langsung Bergerak

"Dari arah timur, jalan provinsi Indramayu–Cirebon sudah dibeton. Namun masih tersisa sekitar 2,5 km jalan tanah yang belum tersambung ke jalan raya Arjawinangun–Karangampel," ungkapnya.

"Jalur ini terbagi antara wilayah Jagapuralor (1 km) dan Tegal Mulya (1,5 km). Meski hanya tersisa sedikit, jalan tanah tersebut menjadi hambatan besar, terutama saat musim hujan.”

“Akses transportasi terputus, dan petani harus memutar jauh untuk menjangkau lahan mereka," paparnya.

Masih kata Casudi, selain jalan, persoalan lainnya adalah ketiadaan jembatan penghubung. Areal pertanian warga Tegal Mulya di Dusun Klampok berbatasan langsung dengan lahan pertanian warga Jagapuralor. Namun tidak tersedia jembatan layak yang menghubungkan keduanya.

Satu-satunya jembatan permanen adalah Jembatan Asem Doyong di perbatasan Kapringan, yang jaraknya mencapai 2,5 km. Selain itu, hanya ada titian bambu sederhana yang hanya bisa dilalui pejalan kaki.

"Petani yang mengangkut pupuk atau hasil panen harus memutar jauh, dan kendaraan roda dua harus diparkir di seberang sungai. Ini rawan pencurian. Sudah banyak motor petani yang hilang saat mereka bekerja di sawah," jelas Casudi.

BACA JUGA:Mahasiswa Tanam Ganja di Dalam Kamar Langsung Sial, Nasibnya Sekarang Begini

BACA JUGA:Ciri Khas Baru dari Kabupaten Cirebon, Bukan Nasi Jamblang!

Melihat kondisi tersebut, Paguyuban Rempug Tani memohon perhatian dari pemerintah di kedua daerah, baik eksekutif maupun legislatif, agar segera merealisasikan pembangunan infrastruktur pertanian yang terintegrasi.

Mereka juga mendorong keterlibatan aktif anggota DPRD kabupaten, DPRD provinsi, hingga DPR RI dari daerah pemilihan Cirebon dan Indramayu.

"Pemerintah Kabupaten Indramayu dan Cirebon harus bisa menanggalkan ego sektoral dan menjalin kerja sama lintas batas.”

“Karena pembangunan infrastruktur di kawasan perbatasan tidak hanya berdampak pada satu wilayah, melainkan menjadi kebutuhan bersama masyarakat dari dua kabupaten," pungkasnya. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase