Wow, Duit Pungli Hingga 20%
JAKARTA-Upah pekerja hanya jadi salah satu faktor komponen produksi. Karena itu, di luar faktor pengupahan, soal birokrasi dan pungutan liar (pungli) yang mencapai 15-20 persen menjadi salah satu faktor beban pengusaha menjalankan roda usahanya. \"Kalau untuk menghadapi pungli, para pekerja itu sebenarnya bersatu dengan pengusaha,\" kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea dalam Focus Group Discussion (FGD) Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) di Jakarta, Rabu (30/4). Menurut Andi, para pekerja siap melakukan apa saja membantu pengusaha termasuk berdemonstrasi menghilangkan pungli-pungli yang membebani dunia usaha. Sayangnya, setiap kali ditanyakan di titik mana pungutan liar itu terjadi, para pengusaha enggan membeberkan. \"Kita juga siap melaporkan ke polisi, tapi selalu sulit dilakukan karena tidak mengetahui di titik-titik mana pungli terjadi,\" terangnya. Karena itu, dia berharap upaya pemberantasan pungli juga melibatkan para pekerja. Andi menambahkan, meskipun kerap melakukan mogok kerja sebagai salah satu senjata pamungkas perundingan dengan pihak pengusaha, tapi dari lubuk hati para pekerja tak pernah mengharapkan terjadinya goncangan-goncangan ekonomi yang merugikan pengusaha. \"Karena ujung-ujungnya kalau sampai terjadi usaha tutup yang dirugikan adalah para pekerja,\" tandasnya. Sementara itu, staf pengajar Unika Atmajaya A Prasetyantoko mengungkapkan, di luar masalah pengupahan persoalan mendasar yang memberatkan dunia usaha adalah persoalan birokrasi dan biaya modal (cost of fund). \"Di Indonesia cost of fund itu tinggi, karena BI rate berkisar 7,5 persen dibandingkan dengan Philipina yang hanya berkisar 3 persen,\" terangnya. Dia juga mengungkapkan, dari sisi kompetitif, sebenarnya produktivitas tenaga kerja Indonesia tidak kalah dengan tenaga kerja dari sejumlah negara lain, semisal, Malaysia, Thailand. Apalagi kalau ditelisik, tingkat korupsi di Malaysia, Thailand juga tinggi. \"Tapi negara-negara itu memiliki keunggulan dari sisi infrastruktur yang lebih baik yang memberikan keuntungan terhadap daya saing produk-produknya,\" pungkasnya.(rmol/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: