Melawan Kutukan Guttmann

Melawan Kutukan Guttmann

TURIN - Benfica bisa jadi tim yang paling sering lolos ke partai final Europa League. Musim ini, tim asal Portugal itu akan bertarung melawan wakil dari Spanyol, Sevilla dalam pertandingan final yang berlangsung di Juventus Stadium, Turin dini hari nanti (tayangan langsung SCTV Pukul 01.30 WIB). \"Kami tahu, lawan akan datang dengan sejumlah strategi untuk memenangkan pertandingan ini. Tapi, kami juga punya misi, kami punya ambisi dan kami tahu cara untuk bisa menaklukkan mereka. Karena, kami datang ke sini hanya untuk satu tujuan, yaitu kemenangan,\" ucap Jorge Jesus, pelatih Benfica kepada Sky Sport. Memang, final Europa League bukan sesuatu yang spesial bagi Benfica. Sebab, dalam perjalanan sejarahnya, laga final nanti malam itu akan menjadi yang kedelapan bagi As Aguias (The Eagles), julukan Benfica. Sebelumnya, mereka sudah tujuh kali tampil di final, meski hanya dua kali sukses keluar sebagai juara, yaitu pada musim 1961 dan 1962 di bawah pelatih Bela Guttmann. Kini, setelah 52 tahun berlalu, Benfica tidak pernah lagi mengangkat juara kasta kedua di kompetisi sepak bola Eropa tersebut. Banyak pihak mengatakan bahwa tim berusia 110 tahun itu sedang berada dalam kutukan \"Bela Guttmann\", satu-satunya pelatih yang bisa membawa Benfica membawa pulang gelar dari pentas Eropa. Ya, setelah sukses membawa Benfica dua kali juara Europa League, Guttmann diketahui berkonfrontasi dengan manajemen terkait masalah gajinya. Nah, karena tidak mendapat solusi, Guttmann pun memilih meninggalkan tim. Sebelum pergi, pelatih asal Hugaria ini mengatakan bahwa, \"Sampai kapanpun Benfica tidak akan juara Europa lagi tanpa saya\". Percaya atau tidak, pernyataan Guttmann tersebut ternyata memiliki tuah. Itu terbukti pada musim berikutnya, Benfica gagal mempertahankan status juara bertahan mereka setelah kalah dari AC Milan dalam final 1963. Kemudian, takluk dari Inter Milan (1965) dan Manchester United (1968). Sayang, sebelum menarik pernyataannya tersebut, Guttmann lebih dulu meninggal pada 1981. Itu membuat kutukan Guttmann di atas terus berlanjut, dan Benfica kembali merasakan dua kali kegagalan di final. Masing-masing dipermalukan PSV Eindhoven (1988) dan AC Milan (1990). Lantas, apakah kutukan tersebut masih terus berlanjut di Juventus Stadium, dini hari nanti? Jorge Jesus mengatakan bahwa meski Benfica memiliki rentetan sejarah buruk di final, namun dia tidak pernah percaya dengan kutukan tersebut. Menurut dia, pengalaman, kerja keras, strategi dan taktik yang akan memutuskan hasil akhir dalam pertandingan puncak nanti. \"Karena saya tidak percaya takhayul,\" katanya kepada wartawan. \"Saya percaya pada nilai masyarakat dan kualitas pekerjaan mereka. Saya percaya bahwa tim terbaik tidak selalu menang di final dan saya juga percaya bahwa kami bisa lebih baik daripada Sevilla dan memenangkan pertandingan ini,\" tegasnya. Di sisi lain, Sevilla memiliki sejarah sedikit bagus dibandingkan dengan Benfica dalam pentas sepak bola Eropa. Itu dengan kesuksesan Los Nervionenses -julukan Sevilla- dua kali menjuarai Piala UEFA pada 2006 dan 2007. Modal tersebut membuat mereka kian optimistis untuk kembali sukses di final saat ini. \"Awalnya kami semua berpikir bahwa Juventus akan memenangkan kejuaraan ini. Kami semua tahu tentang Benfica dan potensi mereka dan kami telah melihat bahwa mereka tidak pernah kalah sepanjang kompetisi ini,\" tutur Unai Emery, pelatih Sevilla yang mengisyaratkan bahwa timnya adalah underdog. \"Tapi, kami bisa saja membuat kejutan dan merubah semuanya,\" timpal dia. (dik) Perkiraan Pemain Sevilla (4-2-3-1): 13- Beto (pg); 23-Coke, 2- Fazio, 21-Pareja, 3-Navarro; 22-Mbia, 6-Carrico; 19-Reyes (c), 11-Rakitic, 20-Vitolo; 9-Bacca Pelatih : Unai Emery Benfica (4-4-2): 1-Moraes (pg), 14-Pereira, 24-Garay, 4-Luisao, 16-Siqueira; 10-Djuricic, 6-Amorim, 30-Gomes, 20-Gaitan; 19-Rodrigo, 11- Lima (c) Pelatih : Jorge Jesus Stadion : Juventus Stadium, Turin Wasit : Felix Brych (Jerman) Live : SCTV Pukul 01.30 WIB

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: