Dinkes Tingkatkan Kewaspadaan Antisipasi Virus MERS
KUNINGAN - Mengantisipasi penularan virus MERS (Middle East Respiratory Syndrome) melalui tenaga kerja Indonesia (TKI) yang pulang dari negara-negara timur Tengah, Dinas Kesehatan Kuningan meningkatkan kewaspadaan. Dinkes sudah bersiap melakukan antisipasi jika ada TKI yang terserang MERS. Untuk antisipasi tahap awal pihak Dinkes Kuningan mengimbau kepada para TKI untuk menggunakan masker. Kemudian menerapkan pola PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), cuci tangan setiap ada aktivitas kegiatan. “Kalau ada deman atau batuk pilek dan sesak langsung konsul ke dokter, karena sampai saat sekarang belum ada vaksin untuk kasus MERS,” ucap Kadinkes Kuningan H Raji K Sarji kepada Radar, Selasa (13/5). Hingga saat ini, lanjut dia, belum ada laporan mengenai TKI yang pulang menderita gejala demam. Pihaknya, yakin para TKI yang kembali ke Kuningan akan meningkatkan kewaspadaan terhadap kesehatan. Terpisah, info dari pengusaha biro perjalanan yang ada di Kuningan mengaku, dampak dari adanya virus MERS tidak ada sama sekali. Jamaah yang akan melaksanan umrah tidak terhambat, mereka yakin tidak akan terkena virus MERS. “Sebenarnya bukan ketika ada virus MERS kita waspada. Namun, setiap jamaah yang akan berangkat, masalah kesehatan selalu nomor satu, sehingga hanya yang sehat dipastikan berangkat,” sebut Owner Biro Perjalanan Al-Zam-zami H Faisal kepada Radar, kemarin. Menurutnya, virus yang disebabkan dari hewan unta itu tidak berdampak pada jamaah. Ini bisa dibuktikan dengan jumlah jamaah yang tidak mengalami penurunan yang drastis di seluruh Indonesia. Kemudian di Makkah pun sekarang tidak ada unta, sehingga kekhawatiran virus MERS yang menyebar dari unta sangat kecil. Dengan kondisi seperti itu menurutnya, tidak ada alasan untuk takut. “Dulu memang di Arafah ada unta dan jamaah bisa berpose dengan hewan tersebut. Namun sejak lama sudah tidak diperbolehkan,” ucap Faisal lagi. Sementara data dari Dinsosnaker Kuningan, jumlah TKI yang terdaftar tidak lebih dari 300 orang. Namun, dari data di Kantor Pos Kuningan jumlahnya lebih banyak dari dinsosnaker. Ini bisa terlihat dari banyaknya kiriman uang dari TKI dalam sebulan yang mencapai Rp3 miliar. “Kalau melihat angka (kiriman, red) kemungkinan besar jumlahnya lebih dari 300 orang, karena kan tidak semua TKI yang berangkat ke Timur Tengah diketahui oleh dinsosnaker. Sebab, yang mengirim uang via Western Union bukan hanya ke Kantor Pos, namun ke perbankan dan ke lembaga keuangan non perbankan lainnya,” kata Edi Hendrawan pegawai Kantor Pos Kuningan. (mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: