Ada Etalase Cirebon di Stasiun Gambir

Ada Etalase Cirebon di Stasiun Gambir

KEJAKSAN– Stasiun Gambir menjadi stasiun tersibuk di Indonesia. Jutaan orang berlalu lalang setiap harinya. Potensi promosi dan memperkenalkan Cirebon lebih dekat ini ditangkap oleh komunitas penggiat kreativitas Kota Cirebon. Melalui Cirebon Corner, etalase Kota Cirebon terpajang di stasiun Gambir. Pada Rabu (21/5), Agus Sukmanjaya dan Arif Agustianto selaku inisiator Cirebon Corner melakukan audiensi dengan beberapa SKPD terkait. Dalam pemaparannya, berdasarkan data pengunjung keraton di Cirebon mengalami penurunan. Hal ini disebabkan Kota Cirebon belum memiliki medan magnet seperti Kota Yogyakarta atau Bali. Padahal, kata Arif, banyak potensi pariwisata yang tidak banyak diketahui masyarakat luas. “Kota Cirebon penuh potensi. Apa yang ada di Solo atau Jogjakarta, sebenarnya ada di sini,” ucapnya. Karena itu, lanjut Arif, dibutuhkan promosi lebih luas dan efektif. Artinya, tepat sasaran di lokasi strategis. Dengan berbagai akses transportasi yang semakin mudah, Kota Cirebon sudah saatnya menjadi daerah kunjungan wisata. Menurutnya, daerah yang sering dikunjungi wisatawan memiliki daya tarik obyek pariwisata kreatif, taman rekreasi, peninggalan sejarah dan wisata alam. Seluruhnya ada di Kota Cirebon. “Kita tinggal mengelola dengan baik,” ujarnya. Promosi menjadi satu-satunya upaya memperkenalkan hal itu kepada masyarakat luas. Karena itu, stasiun Gambir dipilih untuk menempatkan sebuah bangunan yang berisi etalase Kota Cirebon. “Letaknya di lantai dua stasiun Gambir. Sangat strategis,” ucapnya yakin. Segala promosi pariwisata, budaya, kuliner dan lainnya, dapat ditempatkan di area Cirebon Corner. Meskipun diinisiasi oleh Pemkot Cirebon, posisi pemerintah hanya fasilitator awal. Ke depan, Cirebon Corner diharapkan ada Bandara Soekarno Hatta atau pintu masuk pariwisata lainnya. Staf Ahli Wali Kota Bidang Pemerintahan, Drs Abidin Aslich mengatakan, di dunia ini ada 1,1 miliar wisatawan. Peluang ini dapat ditangkap sebagai ladang untuk mengenalkan Kota Cirebon secara utuh. Sebab, berbicara pariwisata harus berpikir secara terintegrasi. “Ada potensi besar dengan peluang itu. Cirebon Corner ini diharapkan menjadi salah satu pintu masuk menarik wisatawan,” ucapnya. Namun, peluang promosi yang dilakukan pemerintah Kota Cirebon selama ini dianggap kurang maksimal. Sebab, kata Abidin, anggaran untuk itu hanya Rp400 juta. Sebagai perbandingan, Kabupaten Bogor yang tidak memiliki obyek wisata sebanyak Kota Cirebon, memberikan anggaran promosi pariwisata sejumlah Rp4 miliar. “Potensi pariwisata kita sangat lengkap. Kita harus meningkatkan promosi. Pariwisata jangan dianggap remeh, ada multipalyer efek didalamnya,” tukas Abidin. Multiplayer effect yang dimaksud, dengan kunjungan wisatawan akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Sebab, mereka menginap, berbelanja dan lain sebagainya. Perjalanan Cirebon Corner mengalami kendala di aturan. Menurut Kepala Bidang Kepariwisataan Disporbudpar Kota Cirebon, Dra Hj Yoyoh Rokayah MSi mengatakan, sudah lima tahun ini Kota Cirebon belum juga membentuk badan pariwisata daerah. Dalam aturan undang-undang, pariwisata daerah tidak boleh independen. Karena itu, lanjutnya, Cirebon Corner tidak dapat berdiri sendiri. “Harus ada koordinasi dengan kami. Dalam UU Kepariwisataan, tidak ada badan promosi pariwisata independen,” ucapnya. Berbicara pariwisata dan promosi, hal itu membutuhkan anggaran yang banyak. Namun, belum ada keberpihakan akan hal tersebut. Yoyon menambahkan, banyak obyek wisata di Kota Cirebon kurang diminati karena kumuh dan kurang perawatan. Promosi pariwisata merupakan tugas Disporbudpar. Karena itu, Cirebon Corner bagian dari pekerjaan Disporbudpar. “Kalau mau membuat Cirebon Corner, cukup di Stasiun Kejaksan. Selama ini kami sering promosi pariwisata hingga keluar pulau. Tapi anggaran untuk itu sedikit. Sudah begitu, dibagi-bagi lagi. Mau sampai kapan pariwisata Cirebon maju,” ucapnya dengan nada kesal. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: