PPDB Daftar Sendiri, Jangan Titip!
**Djodjo Akui Tahun Lalu Menambah Rombel karena Ada Tekanan KESAMBI- Rombongan belajar (rombel) penerimaan peserat didik baru (PPDB) sudah ditetapkan. Para kepala sekolah berkewajiban menaati peraturan ini. Namun demikian, aksi titip menitip siswa akan sulit dihindari jika tidak dibangun kesadaran dari masyarakat, para orang tua siswa, dan stakeholder lainnya. Hal ini dikatakan Kepala SMPN 2 Cirebon, Djodjo Sutardjo SE MM. Seperti diketahui, tahun lalu Djodjo sempat jadi sorotan karena sekolahnya tiba-tiba menambah rombel dari ketentuan yang sudah ditetapkan. Tahun ini, Djodjo hanya mendapatkan 5 rombel. Jika tekanan itu ada lagi seperti tahun lalu, bukan tidak mungkin kejadian itu akan terulang lagi. \"Jadi yang menentukan PPDB berjalan lancar bukan hanya kepsek, tapi juga dibangun dari masyarakat, orang tua siswa, dan stakeholder lainnya. Pada pelaksanaan tahun lalu ada tekanan kepada kepsek. Ada tekanan untuk menitipkan siswa,\" ujarnya kepada Radar, kemarin, tanpa mau membeberkan siapa yang melakukan tekanan. Djodjo punya tips bagi para orang tua, termasuk pihak sekolah. Untuk menghilangkan fenomena aksi titip menitip siswa, bahkan tekanan, Djodjo mengimbau agar orang tua mendaftarkan langsung anaknya ke sekolah. \"Jadi daftar sendiri saja. Tidak usah titip sana titip sini,\" katanya. Secara tegas, Djodjo mengaku akan menolak jika ada aksi titip siswa lagi. Ia pun yakin fenomena itu akan berubah seiring berjalannya waktu. \"Ini hampir terjadi tiap tahun, terus-terusan begini. Tapi saya yakin fenomena ini akan berubah,\" tandasnya. Kepsek, lanjutnya, harus bisa menghadapi siapa pun yang memaksakan kehendak. \"Hadapi saja mereka, kepsek jangan menghindar ketika ada yang menekan, ajak berdialog. Yang terpenting adalah kita bersama menyelamatkan siswa untuk tetap bersekolah sesuai anjuran wajib belajar dari pemerintah,\" katanya. Soal jumlah rombel, ia yakin apa yang telah ditetapkan akan cukup untuk mengakomodasi siswa di Kota Cirebon. Menurutnya, penetapan rombel bukan ditetapkan dari pihak sekolah. \"Kalau ada yang melebihi itu berarti tidak komitmen. Intinya sekolah sebagai pelaksana tugas, harus memegang teguh aturan yang sudah diedarkan,\" ungkapnya. Djodjo menambahkan, dengan sistem online sebenarnya pelaksanaan PPDB bisa lebih fair. “Hanya saja, sistem ini kerap dicederai oleh oknum yang memaksakan kehendak tersebut. Jadi jangan sampai memaksakan kehendak, titip sana titip sini,” ujarnya. Pelaksanaan PPDB tahun ini, Djodjo yakin akan lebih baik. Hal ini karena tak lepas dari persiapan yang sudah dilakukan dengan sosialisasi yang baik kepada para orang tua. Ia pun mengatakan akan berada di tempat selama pelaksanaan PPDB tersebut. \"Jangan sampai kegiatan sepenting ini (PPDB, red) kepsek tidak ada di tempat. Ini untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat,\" tuturnya. Pada tahun ini, SMPN 2 membuka 5 rombel. Jumlah ini yang paling sedikit dibanding sekolah lain. \"Jelas ini sangat membuka peluang aksi titip menitip. Pasalnya rombel itu tidak bisa ditambah karena ruang kelas terbatas. Apalagi dengan dihapuskan kuota jelas kesempatan dan persaaingan semakin ketat,\" ucapnya lagi. Seperti diberitakan, jumlah rombel masing-masing sekolah negeri di Kota Cirebon telah ditentukan. Jumlah tersebut sudah tertuang dalam Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon Nomor 421/1548/Disdik/2041 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (Juknis) PPDB) Tahun Ajaran 2014/2015. Dalam juknis tersebut, diketahui bahwa di tingkat SMP rombel terbanyak 10 dengan kapasitas 36 siswa per kelas. Sekolah yang memiliki kuota 10 rombel adalah SMPN 4, SMPN 6, SMPN 7 dan SMPN 10. Untuk tingkat SMA, jumlah rombel terbanyak dipegang oleh SMAN 2 Cirebon dengan kuota 11 rombel. Nantinya masing-masing kelas berisi maksimal 40 siswa. Untuk SMK, SMKN 1 mendapatkan 19 rombel. Sementara SMKN 2 Cirebon sebanyak 13 rombel. (jml)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: