Demi Sejarah di Maracana
PRANCIS tidak mau mengikuti pencapaian Spanyol ketika bermain di Estadio Jornalista Mario Filho, Maracana. Masih segar di ingatan bagaimana tuah stadion di Rio de Janeiro tersebut tidak berpihak kepada mantan juara bertahan. Spanyol saat itu dipecundangi oleh Cile dan memastikan kegagalannya. Prancis memang tidak dalam keadaan terancam pulang kampung seperti Spanyol. Tapi, Les Blues kini sedang berhadapan dengan misi penting untuk mengulangi sejarahnya di pentas Piala Dunia. Mengulangi kembali dominasi tidak terkalahkan Prancis sepanjang babak fase grup. Pencapaian terbaik itu sudah pernah dibukukan skuad Ayam Jantan pada edisi 1998 silam. Ketika itu, Prancis mempertahankan superioritasnya dengan terus memenangkan tiga pertandingan di fase grup. Hegemoni Negeri Menara Eiffel itu pun berujung dengan trofi Piala Dunia di akhir turnamen. Uniknya, Prancis di bawah komando Didier Deschamps yang notebene kapten tim di era 1998 itu kini sedang berada dalam trek terbaik untuk mengulanginya. Dua kali kemenangan atas Honduras (3-0) dan Swiss (5-2) lalu menjadi bekal berharga Hugo Lloris dkk. Sekarang, tinggal satu kemenangan lagi yang harus dipastikan untuk mengulangi sejarah 16 tahun tersebut. Banyak yang tidak menyangka jika Prancis sudah membangun jalannya kembali ke performa terbaiknya. Bahkan federasi sepak bola Prancis FFF pun menganggap momen bakal terulangnya sejarah ini melebihi ekspektasi. \"Ini datang lebih cepat dibandingkan dengan apa yang saya bayangkan,\" sebut Presiden FFF, Noel Le Graet seperti yang diberitakan di Associated Press. Keterkejutan Le Graet tersebut wajar adanya. Pasalnya, jika menilik bagaimana performa Timnas Prancis selama ini, sama sekali tidak mencerminkan sebagai tim tidak terkalahkan di babak fase grup. Bahkan ketika mengakhiri turnamen sebagai finalis Piala Dunia 2006 di Jerman. Ketika itu, Prancis memulai fase grup dengan sedikit terseok-seok. Sekali kemenangan plus dua kali imbang mengantarkan Prancis sebagai runner-up di bawah Swiss. Di luar itu, Prancis malah gagal mengoleksi kemenangan dalam dua kali edisi Piala Dunia, yaitu pada edisi 2002 dan 2010. Untuk edisi 2002, Prancis meraih sekali seri dua kali kalah dan harus angkat koper lebih awal. Lalu, empat tahun silam, mereka kembali pulang lebih dini dengan rekor yang sama seperti di Korea-Jepang. Hasil tahun ini dianggap sebagai titik balik kebangkitan Prancis di ajang empat tahunan antar negara dunia itu. Hanya, Deschamps menganggap kegagalan itu bukan sebagai pengalaman buruk. Namun, dia menyebut kegagalan itu sebagai sebagai modal berharga untuk membakar semangat pemainnya. Bukan malah mengubur dalam-dalam sejarah kelam dalam rangkaian prestasi persepakbolaan Prancis. \"Tidak ada yang bisa menghapuskan ingatan apa yang terjadi dengan Prancis pada 2010 silam. Tapi, itu memang menjadi bagian dari cerita kami menuju ke Brasil. Kami tidak akan melihat ke belakang. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana performa kami di Piala Dunia dan Piala Eropa 2016 yang akan datang,\" tegasnya kepada Sky Sports. (ren)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: