Gagal Samai Prancis 1998

Gagal Samai Prancis 1998

RIO DE JANEIRO - Ambisi Prancis untuk mengikuti jejak tim pendahulunya yang meraih gelar Piala Dunia 1998 tak kesampaian. Bukan karena Les Bleus (julukan Prancis) sudah harus angkat kaki dari Brasil, melainkan perbedaan catatan pada fase grup yang didapatkan tim 1998 dan 2014. Pada 1998, Zinedine Zidane dkk menyapu bersih seluruh laga di fase grup alias selalu menang, kemudian bablas menjadi juara. Namun itu tak terjadi pada tim yang saat ini diarsiteki Didier Deschamps, salah satu anggota tim 1998. Prancis hanya meraih dua kali kemenangan ditambah satu hasil seri. Hasil imbang tanpa gol didapat di laga terakhir saat Prancis menghadapi Ekuador. Hasil akhir tak mempengaruhi posisi Prancis sebagai juara Grup E. Sebaliknya, Ekuador harus rela langkahnya terhenti di fase grup dan satu-satunya tim Amerika Selatan di Piala Dunia 2014 yang gagal melaju ke babak 16 besar. Deschamps tak mempermasalahkan kegagalan mengikuti jejak tim 1998 tersebut. Tak risau pula timnya gagal melanjutkan produktifitas gol seperti di dua laga perdana. Yang membuatnya senang, dia bisa melihat timnya berada dalam posisi yang dia inginkan. \"Sangat bagus kami bisa melalui beberapa laga pertama dengan baik. Ini bagus untuk kepercayaan diri dan kami mencari cara untuk menjaga itu terus berlanjut. Sebab, di Piala Dunia, kostum terasa lebih berat untuk dikenakan,\" ujar Deschamps. Babak 16 besar jelas lebih penting bagi Deschamps dan timnya. Karena itu, dia memutuskan untuk mengganti lebih dari setengah skuad inti dari laga sebelumnya. Selain untuk mengistirahatkan para pemain yang sudah berjuang keras di dua laga sebelumnya, dia juga ingin seluruh pemainnya merasakan ketatnya pertarungan di Piala Dunia. Momennya tepat, karena Ekuador butuh kemenangan untuk mendapat jaminan lolos. Deschamps memilih Antoine Griezmann daripada Olivier Giroud dan ada tiga muka baru di lini pertahanan. Dia mengakui memang ada risiko bakal merusak momentum yang sudah diciptakan tim inti untuk menghadapi babak berikutnya. \"Terlepas dari itu, kami mendapatkan pergerakan yang baik. Pasti, kami meminimalkan bahaya di babak pertama juga karena Ekuador bertahan sangat baik,\" terangnya. Di dua laga sebelumnya, Prancis mampu menciptakan delapan gol. Tiga gol saat mengalahkan Honduras (3-0), dan lima gol melawan Swiss (5-2). Sayangnya, mereka tak mampu mencetak gol melawan Ekuador, meski sejak menit ke-50 Ekuador bermain dengan sepuluh pemain seiring dikartu merahnya Antonio Valencia. \"Pergerakan dan perpindahan bola kami terhubung dengan amat baik tapi kami kurang jitu dalam penyelesaian akhir,\" tutur mantan pemain yang mengakhiri karir pemainnya bersama Valencia itu. Hasil itu membuat Prancis akan berhadapan dengan runner-up Grup F, Nigeria, sedangkan Swiss yang menjadi runner-up grup, bertemu Argentina, di babak 16 besar. Di atas kertas peluang Prancis untuk menembus perempat final lebih besar ketimbang jika harus menghadapi Argentina. Namun, Deschamps tetap tak mau memandang enteng lawan dan amat mewaspadai potensi ancaman dari sang Piala Afrika itu. \"Itu sudah pasti akan menjadi sebuah pertandingan yang sulit,\" lanjutnya. Sejak jadi juara Piala Dunia 1998, Prancis menuai hasil kurang stabil di Piala Dunia. Mereka sudah tersingkir di fase grup 2002 dan 2010, meski mampu jadi runner-up di 2006 setelah dikalahkan Italia melalui adu penalti. (ady)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: