Pilpres, Swalayan dan Pasar Lengang

Pilpres, Swalayan dan Pasar Lengang

KUNINGAN - Hari pencoblosan pemilihan presiden 9 Juli dimanfatkan warga Kuningan untuk menyalurkan hak pilihnya. Hal tersebut terbukti dengan sepinya sejumlah pusat keramaian di Kuningan baik di swalayan maupun pasar tradisional. Pantauan Radar, di Pasar Kepuh tampak suasana sepi, karena banyak toko yang memimilih tutup. Begitu juga para pedagang sayuran dan sembako yang tidak sedikit membuka dagangannya saat hari mulai menjelang siang. Hal yang sama juga terjadi di Pasar Baru Kuningan. “Saya baru buka pukul 10.00 WIB, karena mau buka Subuh juga percuma, pembeli pasti sepi. Mereka akan menyalurkan hak pilihnya untuk kemudian belanja,” ucap Juju, salah seorang penjual sayuran di Pasar Baru kepada Radar, kemarin (9/7). Menurutnya, keputusan untuk membuka dagangannya pukul 10.00 WIB ternyata tepat. Karena pembeli mulai ramai berebelanja sekitar pukul 11.00 WIB. Pada pileg juga, lanjut dia, sama. Pembeli berkurang, sehingga untung yang diperoleh pun menurun. Bukan hanya Juju, pedagang lainnya seperti Andi pun mengaku, pembeli sepi karena ada pilpres. Kalau ada pesta demokrasi seperti pilpres biasanya warga berbelanja dengan cara memborong sebelum hari pencoblosan. “Kalau tidak butuh uang saya juga tinggal di rumah bersama keluarga dan tentu melihat hasil capres siapa yang menang,” ucapnya. Sementara itu, kondisi di swalayan juga sama sepi pengunjung. Pengunjung mulai meningkat sekitar pukul 12 siang. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya warga yang memanfatkan liburan untuk hiburan. “Nyoblos sudah sekarang tinggal ajak jalan-jalan keluarga. Bagi saya siapa pun presidennya yang terpenting bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik,” ucap Budiman, salah seorang warga saat ditemui Radar. Sekadar informasi, swalayan sendiri di Kuningan banyak yang memilih buka meski tanggal 9 Juli merupakan hari libur. Mereka rela membayar upah lembur karyawan agar mau masuk kerja. “Saya masuk karena dari perusahan disuruh masuk. Pihak perusahaan memberikan informasi bahwa tanggal 9 dihitung lembur,” ucap Ari Supriatna. Di luar swalayan kantor-kantor swasta memang banyak yang libur. Bahkan, tidak sedikit toko-toko pun memilih libur karena momen lima tahun sekali itu. Jumlah kendraan yang lalu lalang pun hingga siang hari masih sepi. Dengan kondisi ini banyak angkutan umum yang memilih tidak beroperasi. “Saya narik karena sudah nyoblos. Daripada diam di rumah lebih baik mencari rezeki,” ucap Hendrik, salah seorang supir angkot. (mus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: