184 Kali Bencana Landa Kuningan

184 Kali Bencana Landa Kuningan

KUNINGAN – Pada tahun 2014, bencana yang melanda Kuningan relatif banyak. Dari data yang diperoleh Radar sampai 10 September, bencana yang dialami warga kota kuda mencapai 184 kali. Bencana alam didominasi tanah longsor yang mencapai 102 kali. Kepala Pelaksana BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kuningan, Agus Mauludin SE mengakui, kota kuda merupakan daerah rawan bencana peringkat ke-11 se-Jabar. Bahkan untuk skala nasional, Kabupaten Kuningan menempati urutan ke-76 daerah rawan bencana. Total bencana yang terjadi dalam kurun waktu 2014 mencapai 184 kali itu baik alam maupun nonalam. Bencana alam meliputi longsor, banjir, angin puting beliung, tanggul jebol, rumah ambruk, tanah amblas, sambaran petir, pergeseran tanah dan kekeringan. Sedangkan bencana nonalam meliputi epidemik dan kebakaran. “Bencana alam jauh lebih banyak ketimbang bencana nonalam. Untuk bencana alam sebanyak 157 kali, dan bencana nonalam hanya sebanyak 27 kali. Terbanyak, bencana alam tanah longsor sebanyak 102 kali,” kata Agus didampingi sekretarisnya Sri Ucu Sukmawati SE MAk, kemarin (10/9). Meski demikian, tren bencana longsor mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Jika pada 2013 lalu bencana longsor mampu mencapai 130 kali, maka tahun ini menurun menjadi 102 kali. Hanya saja pihaknya mengkhawatirkan bencana kekeringan memasuki musim kemarau kali ini. Untuk itu, dalam beberapa waktu ke depan pihaknya akan menggelar sejumlah kegiatan penanggulangan bencana. Mulai dari penguatan forum pengurangan risiko bencana yang melibatkan sejumlah instansi termasuk TNI dan Polri. Kemudian, menggelar pelatihan rancang bangun tanggap gempa terhadap para patukangan. “Kami juga akan mengadakan pelatihan DALA (Damage and Losses Assessment) yang melibatkan aparatur desa yang sering terkena bencana. Maksudnya, kalau petugas kita ke lokasi bencana bisa langsung menghitung kerusakan dan dampak kedaruratannya seperti apa. Jadi tidak harus menunggu lagi dari instansi lain,” terangnya. Selain itu, setelah membuat pemetaan jalur evakuasi erupsi Gunung Ciremai, pihaknya pun akan menggelar workshop. Kegiatan tersebut menghadirkan ahli gunung dan pejabat BNPB baik provinsi maupun pusat. “Terakhir kami juga akan menggelar sosialisasi manajemen tanggap darurat. Tujuannya agar lebih fokus apa yang dilakukan pada saat terjadi bencana dan siapa yang berangkat,” ucap pria yang pernah menjabat kabag humas setda itu. Dalam menjalankan tupoksinya secara optimal, Agus mengakui masih memiliki beberapa kendala. Untuk SDM, dari sisi kuantitas dirasa olehnya masih kurang meski masih bisa diatasi. Jumlah personel BPBD sekarang ini sebanyak 18 orang, perlu tambahan sekitar 10 orang. “Dari sisi kualitas, belum ada petugas yang berlatar belakang kebencanaan dan juga teknik. Jadi ini ke depan perlu pemikiran bersama,” kata dia. Untuk sarana dan prasarana, selama ini mampu diatasi lewat kerja sama CSR dan pihak ketiga. Kontribusi pemda selama ini pun dinilainya sudah cukup besar. Tinggal bagaimana memikirkan untuk pengadaan alat berat agar tidak selalu nyewa kepada pihak lain. “Kalau alat berat itu tidak mesti disimpan di BPBD kalau sudah diadakan. Bisa di PU Binamarga, atau Ciptakarya. Kebutuhannya bisa untuk instansi lain juga,” tukasnya. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: