Warga Jagapura Kulon Swadaya Normalisasi Irigasi

Warga Jagapura Kulon Swadaya Normalisasi Irigasi

GEGESIK– Warga Desa Jagapura Kulon Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon melakukan swadaya untuk melakukan normalisasi saluran tersier, Selasa (18/11). Lantaran butuh dana tak sedikit, warga bersedia urunan untuk menyewa alat berat. “Sebentar lagi musim hujan akan tiba, warga khawatir kalau tidak dikeruk maka akan berdampak negatif pada sawah maupun jalan yang ada di tempat tersebut,” ujar Kuwu Desa Jagapura Kulon, Masir (50), kepada Radar. Selaku aparat pemerintah, dirinya mengapresiasi kegiatan swadaya masyarakat tersebut. Pihaknya pun berterimakasih kepada semua pihak termasuk Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWSCC) yang telah bersedia untuk menerjunkan alat berat yang mereka miliki. Selain itu, pihaknya juga berterimakasih kepada PSDA Kumpul Kuista dan ketua HKTI Kabupaten Cirebon yang telah memfasilitasi dan menjembatani pihaknya dengan BBWSCC. “Kami senang memiliki warga yang rukun dan saling membantu seperti kegiatan swadaya ini,” kata Masir. Ia berharap dengan adanya kegiatan tersebut, warga di desa dapat terus solid dan bersatu untuk menyukseskan pembangunan. Selain itu, nilai gotong royong dan kerjasama dengan banyak pihak diharapkan dapat terus dikembangkan di waktu mendatang. Rute pengerukan itu terdapat di areal pesawahan warga setempat yang terletak di Jalan Pangeran Anggabaya yakni jalan yang menghubungkan antara Desa Jagapura Kulon dan Desa Slendra. Alat berat tersebut disewa dari Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWSCC) selama satu pekan ke depan. Warga menilai, hal itu lebih efisien karena hasil kerukan dari beko lebih dalam dan cepat dibandingkan mencangkul. Pasalnya, panjang saluran ini mencapai delapan kilometer yang meliputi sekitar 400 bau areal sawah. Para petani mengaku mereka patungan sebesar Rp50 ribu runtuk setiap bau sawah yang mereka miliki. H Basirun, salah satu petani setempat mengatakan bahwa ia dan beberapa petani yang lainya merasa senang akan adanya pengerukan itu. Apabila tidak dikeruk, saat musim hujan air yang ada di saluran tersier itu tidak dapat mengalir dengan baik karena terdapat pendangkalan. Sawah pun berisiko terkena banjir. “Dengan adanya pengerukan ini kami lebih tenang menghadapi musim hujan,” ucapnya. (rif)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: