Angka Kepuasan di Bawah 50%

Angka Kepuasan di Bawah 50%

Survei LSI tentang Kinerja Presiden Jokowi JAKARTA - Presiden Joko Widodo patut waspada. Saat ini dukungan publik terhadap presiden ke-7 itu berada di angka mengkhawatirkan. Berdasar riset terakhir Lingkaran Survei Indonesia (LSI), tingkat kepuasan publik berada di bawah titik kritis 50 persen. “Hasil (survei) pasca kenaikan harga BBM ini menjadi warning bagi Jokowi,” kata peneliti LSI Ade Mulyana saat merilis hasil survei lembaganya di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta, kemarin (21/11). Dalam survei yang dilaksanakan pada 18-19 November 2014 itu, mereka yang menyatakan puas dengan kinerja Presiden Jokowi hanya 44,94 persen. Yang tidak puas mencapai 43,82 persen. Sisanya, 11,24 persen menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab. “Padahal, ini belum 100 hari, tapi angkanya kepuasan sudah di bawah 50 persen,” ungkap Ade. Dia menyatakan, fenomena rendahnya tingkat kepuasan publik terhadap kepemimpinan presiden tersebut merata di hampir semua segmen. Termasuk kelompok masyarakat pemilih pasangan Jokowi-JK pada pilpres lalu. “Banyak yang sepertinya belum bisa menerima alasan pemerintah soal kenaikan harga BBM. Jadi, sekali lagi, ini warning,” imbuh Ade. Seperti halnya hasil secara umum, di segmen publik pemilih Jokowi-JK angka kepuasannya juga di bawah 50 persen. Mereka yang menyatakan puas 48,59 persen. Kemudian 42,58 persen menyatakan tidak puas dengan kinerja Jokowi. Sisanya menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab. Kondisi yang sama terlihat di segmen ekonomi. Bagi mereka yang selama ini dimasukkan dalam kategori wong cilik, yakni memiliki tingkat pendapatan menengah-bawah, angka kepuasannya bahkan tinggal 39,60 persen. Yang tidak puas mencapai 48,52 persen. Sisanya 11,88 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab. Proporsi kelompok pendapatan menengah-bawah itu mencapai 45,89 persen. Selebihnya, kelompok menengah 29,11 persen dan menengah atas 24,63 persen. “Dari ketiga segmen ekonomi, para wong cilik yang paling sedikit menyatakan puas atas kerja Jokowi. Mungkin karena wong cilik paling merasakan dampak kenaikan BBM,” beber Ade kembali. Dengan menggunakan metode multistage random sampling, survei di 33 provinsi di Indonesia itu melibatkan 1.200 responden yang diwawancarai dengan metode quick poll. Yaitu, dengan memanfaatkan gadget yang lebih dahulu disebar kepada responden. Margin of error-nya plus minus 2,9 persen. Jika dibandingkan dengan hasil survei LSI sebelumnya, yaitu pada 23-27 Agustus 2014, keyakinan publik akan perubahan yang lebih baik pada pemerintahan Jokowi masih tinggi. Tepatnya, di angka 71,73 persen. Mereka yang pesimistis berada di angka 14,11 persen. Sisanya, 14,16 persen, menyatakan belum memutuskan (undecided voters). (dyn/c6/fat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: