2 Juta Jiwa Telantar, 1.200 Tewas

2 Juta Jiwa Telantar, 1.200 Tewas

Banjir Dahsyat Serang Pakistan PESHAWAR - Banjir di Pakistan membuat sedikitnya 2 juta warga telantar. Hingga kemarin (2/8), sebanyak 27 ribu korban selamat di Provinsi Khyber-Pakhtoonkhwa (KP) masih belum bisa dievakuasi. Bencana terparah selama 80 tahun terakhir tersebut menewaskan tidak kurang dari 1.200 orang. Sejauh ini, pemerintahan Presiden Asif Ali Zardari sudah mengerahkan ribuan personel tim SAR untuk membantu proses pencarian dan evakuasi korban. Tapi, warga di wilayah barat laut provinsi yang dulu dikenal sebagai North West Frontier tersebut tetap tidak terjangkau. Diperkirakan ada 28 ribu korban selamat yang sudah berhasil diamankan. Mereka juga sudah memperoleh bantuan makanan. Juga obat-obatan untuk mengantisipasi mewabahnya penyakit kolera yang mulai menjangkiti korban selamat. Akses menuju lokasi bencana juga dikeluhkan Martin Magwanja. Pria yang menjadi koordinator tim kemanusiaan PBB itu mengaku kesulitan menjangkau korban. “Tidak ada jalan darat yang layak untuk dilewati menuju Distrik Nowshera dan Cahrsadda,” katanya kepada Agence France-Presse. Padahal, perjalanan udara masih belum memungkinkan karena buruknya cuaca. Baik pesawat kecil atau helikopter belum diperkenankan mengudara. “Kami sangat membutuhkan tenda. Lihat saja sekeliling kami,” ujar Faisal Islam, salah seorang korban selamat, seperti dikutip Associated Press. Bersama ratusan warga lainnya, Islam bermalam di satu-satunya lahan kering yang bisa ditemukan di Distrik Nowshera. Dengan perlindungan seadanya, plastik dan kardus, para korban selamat itu menginap di median jalan raya. Hal yang sama dilakukan oleh warga Desa Kamp Koroona. Mereka membuat tenda sederhana di tepi jalan utama desa. Sebenarnya, pemerintah bekerja keras mendistribusikan bantuan. Terutama, makanan dan obat-obatan. Sekitar 30 ribu personel militer dan belasan helikopter juga dikerahkan dalam proses distribusi bantuan. Tapi, karena parahnya banjir yang terjadi, sejumlah besar korban selamat di kawasan barat laut KP mengeluh. Mereka menuding pemerintah terlalu lamban mereaksi bencana. Islam pun mengeluhkan bantuan yang dia terima. Hingga kemarin, dia dan ratusan korban selamat lainnya di Nowshera baru mendapatkan bantuan minyak goreng dan gula. Padahal, yang mereka butuhkan segera adalah makanan instan yang bisa langsung dikonsumsi. Selain makanan, mereka juga membutuhkan tenda dan pakaian sesegera mungkin. “Ini satu-satunya pakaian saya yang tersisa. Selebihnya terpendam dalam lumpur,” kata Islam. Apalagi, kolera mulai menjangkiti sebagian besar korban selamat. Maklum, mereka terlalu lama berendam dalam banjir. Di lingkungan yang kotor, bakteri Vibrio cholerae penyebab kolera bisa berkembang-biak dengan sangat cepat. Dalam hitungan hari, kolera bisa saja menewaskan ribuan orang. “Untuk mencegah wabah penyakit air, terutama kolera, kami mengirimkan mobil-mobil medis (klinik berjalan) di distrik yang terjangkit,” kata Sohail Altaf, pejabat tinggi medis di KP. Sayangnya, pemerintah tidak memiliki data lengkap soal jumlah penderita kolera. “Tapi, kami yakin, jumlahnya banyak,” sambung Altaf. Selain kolera, sakit perut juga banyak diderita para korban selamat banjir. Sebab, warga kesulitan mendapatkan air bersih dan makanan sehat. Menurut Altaf, mereka yang menderita sakit perut (diare) mendapatkan perawatan sederhana di kamp-kamp medis yang sengaja dibangun di tempat-tempat penampungan. Sebagai sekutu Pakistan, Amerika Serikat (AS) pun langsung mengirimkan bantuan darurat. Washington menjanjikan bantuan sebesar USD 10 juta atau sekitar Rp 89, 45 miliar. Bantuan dengan nominal yang sama juga dijanjikan PBB. Akhir pekan lalu, AS langsung mengirimkan sejumlah besar kapal penyelamat yang terbuat dari karet, alat penyuling air, jembatan darurat berkonstruksi baja dan ribuan paket bantuan makanan. (hep/dos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: