Temuan Upal Tahun 2014 Naik 50 Persen

Temuan Upal Tahun 2014 Naik 50 Persen

Metode 3D Masih Jadi Senjata Utama CIREBON - Peredaran uang palsu (upal) temuan Kpw Bank Indonesia (BI) Cirebon hingga akhir 2014 naik 50 persen. Dari data yang didapat Radar Cirebon per Desember 2014, Upal yang didapat sebanyak 7.688 lembar sedangkan tahun 2013 sebanyak 5.128 lembar. “Dari skala Cirebon memang naik, namun sebenarnya menurun secara nasional,” ucap Deputy KPw BI Cirebon Bidang Manajerial Internal Aryo Setyoso. Lebih detail Aryo mengungkapkan, jika dilihat dari temuan per Desember 2014 rata-rata ditemukan 7 lembar per 1 juta lembar uang asli yang diedarkan. Sebagai perbandingan, tahun 2013 pihaknya menemukan 11 lembar dari 1 juta lembar uang asli dan 8 lembar ditahun 2012. Pihaknya juga mengapresiasi pihak berwajib (kepolisian) dan perbankan untuk rekap uang palsu yang didapat dari masyarakat. “Kami juga sangat dibantu oleh perbankan dari setoran mereka setiap hari. Kalau kepolisian lebih kepada kasus upalnya. Ada juga masyarakat yang datang kesini tapi tidak banyak, rata-rata 10 orang per bulan,” ungkapnya pada Radar Cirebon, kemarin. Sambungnya, temuan paling tinggi pada Maret 2014 yakni sebanyak 1.700 lembar. Jika di rata-rata per bulan bisa pihaknya menemukan 600-700 lembar per bulan. Gambarannya pecahan Rp100 ribu sebanyak 250 lembar dan Rp50 ribu 300 lembar. Dari simulasi itu temuan upal pecahan Rp50 dan Rp100 ribu mendominasi hingga dua per tiga dari sisa pecahan lain. “BI selalu mendapat laporan upal setiap hari, khususnya dari pihak perbankan saat penyetoran,” imbuhnnya. Aryo menerangkan, program sosialisasi upal ke masyarakat masih berlangsung. Namun saat ini program ini sementara berhenti dan akan mulai lagi Januari 2015. Selain jemput bola ke pasar-pasar, pihaknya juga sering mendapat permohonan kunjungan dari sekolah. Nantinya BI akan memberi materi tentang kebanksentralan, didalamnya termasuk membahas uang palsu. “Sebenarnya sangat simpel lewat metode Diraba, Dilihat, Diterawang (3D). Sangat efektif untuk mengetahui tanda-tanda uang asli atau palsu,” terangnya. Sementara itu, Sales Manager Area Bank Syariah Mandiri (BSM) Cirebon Dody Mulyawan mengatakan, siklus peredaran upal umumnya bisa diidentifikasi. Hal ini sering terjadi saat perputaran uang juga tinggi seperti lebaran, pemilu dan lainnya. Perbankan sudah memiliki antisipasi untuk kondisi ini diantaranya edukasi nasabah tentang pengenalan uang palsu dengan cara 3D yang dirasa efektif. “Upaya lainnya ialah saat transaksi (penyetoran,red) jika terdapat uang yang diragukan keasliannya, maka perbankan akan menahan uang tersebut serta dibuatkan berita acara yang akan diserahkan pada BI, karena kami nggak punya wewenang menyatakan uang itu asli atau palsu,” kata dia. Metode 3D juga lebih dipilih Gramedia dibanding menggunakan alat deteksi uang palsu. Seperti dikatakan Supervisor Gramedia Cirebon Marifah. Pihaknya sempat menggunakan alat deteksi namun tetap saja \"kecolongan\". Akhirnya kini kembali lagi dengan cara 3D karena lebih efektif. \"Kalau pake cara 3D sebenarnya efektif. Paling utama lewat ciri 3 dimesinya, kalau warnanya cuma 1 itu sudah pasti palsu. Gampang dipraktikkan juga,\" tuturnya. (tta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: