960 Hektare Lahan Pertanian ”Hilang”

960 Hektare Lahan Pertanian ”Hilang”

BP4K Sarankan Pola Tanam Jajar Legowo MAJALENGKA – Memasuki musim tanam padi, Badan Pelaksanaan, Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) mengimbau para petani agar menerapkan tanam jajar legowo. Kepala BP4K, H Udin Abidin SH MM menyatakan, Kabupaten Majalengka sejatinya telah menetapkan teknik tersebut sejak beberapa tahun terakhir. Teknik tersebut guna mewujudkan Kabupaten Majalengka sebagai daerah penyangga pangan regional maupun nasional, yang berkaitan dengan ketahanan pangan. “Provinsi Jawa Barat memiliki komitmen sanggup memiliki kontribusi senilai 30 persennya. 3,3 juta ton lebih khususnya produksi tersebut dari Provinsi Jawa Barat. Untuk Kabupaten Majalengka juga memiliki satu komitmen akan tetap menyumbang ratusan ribu ton padi,” imbuhnya. Menurutnya, padi di Indonesia termasuk Kabupaten Majalengka memang harus diterapkan teknologi tanam jajar legowo suatu penanaman para petani. Lahan pertanian semakin hari bukan semakin luas tetapi semakin berkurang. Dengan semakin berkurangnya lahan pertanian ditambah pembangunan yang pesat di Majalengka, tidak ada jalan lain untuk menggunakan teknologi yang terbaru. “Tandur jajar legowo II adalah salah satu cara yang paling unggul saat ini. Yaitu diestimasikan dengan produksi 15-30 persen. Karena cara seperti ini akan menghemat pupuk, benih dan efisien di dalam pemeliharaan,” jelasnya. Kabupaten Majalengka telah surplus pangan di tahun 2013 lalu dengan hasil mencapai lebih dari 40 ribu ton gabah kering giling. Hal itu mampu memberikan kontribusi stok pangan nasional. Sementara itu, Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka memaparkan kalau luas lahan pertanian sejak dua tahun ke belakang terus berkurang. Alasannya, kota angin tengah giat-giatnya membangun seperti dua megaproyek Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), dan jalan tol serta sejumlah pabrik. Hal tersebut dikhawatirkan bakal mengurangi produksi hasil pertanian di kota angin. Kepala dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan), Ir H Wawan Suwandi MP mengungkapkan, ada ratusan lahan pertanian yang terkena imbas dari sejumlah pembangunan megaproyek tersebut. Dari catatan pihaknya, saat ini sekitar 960 hektare lahan pertanian beralih fungsi menjadi kawasan industri dan sarana pembangunan besar lainnya. Dari jumlah tersebut masing-masing diantaranya 360 hektare untuk megaproyek BIJB dengan proyeksi landasan (runway), 420 hektare untuk jalan tol, dan 180 hektare untuk pabrik dan lain-lain. Memang jumlah itu merupakan cakupan areal lahan tadah hujan. Meski ditetapkan sebagai tanah tadah hujan, terkadang areal tersebut bisa difungsikan dua kali tanam meski menggunakan sarana lain seperti sumur pantek. “Bagi insan pertanian memang sebetulnya sangat prihatin. Tapi mau bagaimana lagi karena ini adalah program pemerintah,” ujarnya. Namun Distankan juga sudah diberikan informasi sebagai referensi dari Kementerian Pertanian, terutama untuk menjaga lahan pertanian. Dari luas areal pertanian di Majalengka sekitar 501.800 hektare, khusus 39.190 hektare lainnya tidak boleh diganggu gugat. “Jumlah itu sudah menjadi perjanjian antara calon investor dengan kementerian pertanian yang diimplementasikan ke sejumlah wilayah yaitu dinas pertanian,” tuturnya. Akibat menurunnya jumlah areal pertanian di kota angin, Wawan mengakui kalau peningkatan produksi tidak bisa maksimal seperti yang sudah terprogram sebelumnya. Saat ini saja pihaknya hanya mampu menarget produksi sebesar lima persen tanaman padi dan dari tanaman jagung hampir sebesar 10 persen. (ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: