Penyelam Tandai Black Box

Penyelam Tandai Black Box

Jaraknya Lima Kilometer dari Penemuan Ekor Pesawat JAKARTA- Posisi black box AirAsia QZ8501 akhirnya ditemukan. Kotak hitam itu kini berada di koordinat 03 37 21 S-109 42 42 E. Agar posisinya mudah ditemukan petugas di lapangan memberikan tanda di lokasi tersebut. Sedangkan untuk pengangkatan black box diserahkan pada petugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Penegasan ditemukannya black box juga ditegaskan oleh Dirjen Perhubungan Laut Capt Bobby R Mamahit kemarin (11/1). Bobby mengaku yang menemukan sinyal black box adalah Kapal Negara (KN) Jadayat yang tergabung di dalam tim Basarnas. Benda itu berada itu terdeteksi di kedalaman 30-32 meter. “Langsung tim penyelam TNI AL terjun ke area. Mereka langsung menandai lokasi dengan Marker Buoy,” jelasnya. Bobby melanjut­kan, meskipun posisi balck box sudah ditemukan, namun piranti itu tidak bisa langsung diangkat. Sebab informasi dari Direktur Kenavigasian Ditjen Hubla Tonny Budiono proses pengangkatannya berjalan alot. Sebab, black box terhimpit badan pesawat. Bila penggeseran serpihan badan pesawat tidak berhasil, maka akan ditempuh cara lain. Yaitu serpihan badan pesawat diangkat dengan menggunakan sistem balon. Tak hanya itu, Bobby mengatakan pihaknya juga menunggu petugas dari KNKT. Pasalnya yang berhak mengangkat kota hitam adalah tim dari KNKT. Selain mencari black box, Bobby mengatakan pihaknya juga memerintahkan kapal-kapal negara lain milik Kemenhub untuk tetap mencari serpihan peswat dan korban. Menurut Bobby pihaknya yakin masih banyak korban yang belum terangkat. “Kemungkinan besar masih di sekitar tempat ditemukannya ekor pesawat,” jelasnya. Senada disampaikan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo kemarin (11/1) saat menggelar keterangan pers di BPPT. Menurut dia pada pukul 10.00 pagi dua kapal itu menangkap dua sinyal dari benda yang diduga black box. Dua sinyal itu terpisah pada jarak 20 meter. “Mudah-mudahan benar. Karena berdasarkan pengalaman BPPT black box tak jauh dari bangkai pesawat,” ujarnya. Dua sinyal itu diprediksi merupakan black box pesawat AirAsia QZ8501. Kemungkinan, saat pesawat jatuh isi kotak hitam itu keluar. Nah, black box sebenarnya terdiri dari dua benda. Yakni yang merekam data penerbangan (flight data recorder, FDR) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder, CVR). Namun, Indroyono belum mau menjelaskan secara detil hasil temuan itu. Menurut dia yang berhak menjelaskan dari pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Ke depannya, dia akan berkoordinasi dengan KNKT dan basarnas. “Nantinya petugas penyelaman,” jelasnya. Kepala Seksi Survey Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT, Handoko Manoto, mengatakan sejak ditemukan ekor AirAsia, pencarian difokuskan pada areal tersebut. Kapal Baruna Jaya I bergerak mencari objek dari tempat ditemukannya ekor ke arah tenggara. Kapal yang dulunya menemukan black box Adam Air itu berhasil menemukan objek benda namun belum bisa diverivikasi. Lalu, dia melanjutkan, BPPT memerintahkan kapala Trisula untuk bergerak ke arah lokasi yang direkomendasi KNKT. Yakni barat laut. “Ketika kapal trisula bergerak dari tenggara ke barat laut mereka mengeoperasikan IUV atau semacam, robot drone bawah air. Ketika melintas dua kali, kapal menemukan dua objek yang ditengarai sebagai black box. Namun karena cuaca buruk, penelusuran itu tidak berlangsung lama. “Kami juga menemukan objek mayat,” jelasnya. Kepala Seksi Program BPPT, Muhamad Ilyas menjelaskan, untuk meyakinkan temuan itu, petugas pun meminta kapal Java Imperia untuk memeriksa lokasi tersebut. Setelah itu, Kapal Baruna Jaya I kembali melakukan pengecekan. Pengecekan dilakukan berkali-kali. Yakni delapan kali kalibarasi, dan dua kali verifikasi. Setelah itu, petugas melaporkan ke kapal baruna jaya I, KRI Banda Aceh dan KM Jadayat yang berisi tim KNKT. “Hasil verivikasi sama dengan yang ditemukan kapal Java imperia,” ujarnya. Dari pengecekan itu informasi yang didapatkan sudah diberikan pada KNKT dan Basarnas. Menurut Ilyas, sinyal ping ini diterima oleh Javainveria dan Baruna Jaya I di lokasi letaknya tak berbeda jauh. KM Java Imperia menerima sinyal black box di titik koordinat tiga derajat 37 menit 21,13 detik Lintang Selatan, 109 derajat 42 menit 42,45 detik Bujur Timur. Sedangkan untuk kapal Baruna Jaya I, titik koordinat yang di tiga derajat 37 menit 20,7 detik Lintang Selatan dan 109 derajat 42 menit 43 detik Bujur Timur. “Jarak dari Pangkalan Bun 10 jam,” jelasnya. Ilyas tampak yakin jika sinyal itu merupakan sinyal black box AirAsia. Keyakinan dia muncul lantaran sinyal yang diterima itu sudah diverivikasi berkali-kali. “Kami tidak bisa berandai-andai. Namun keyakinan kami 95 persen,” paparnya. WARGA KOREA TERIDENTIFIKASI Di tengah belum adanya korban yang ditemukan lagi, tim disaster victim identification (DVI) berhasil mengungkap tiga identitas jenazah penumpang AirAsia QZ8501. Dua jenazah yang teridentifikasi diketahui pasutri, warga negara Korea Selatan. Jenazah yang teridentifikasi itu berlabel B037, B047, dan B048. Kabiddokkes Polda Jatim Kom­bespol Budiyono mengatakan ketiga jenazah itu terungkap dari rekam gigi korban dari data ante mortem dan post mortem. Jenazah B037 misalnya, data gigi sama dan ditemukan asesori berupa anting yang melekat di tubuh korban. Anting tersebut sama dengan milik adik kandungnya. Sehingga diketahui identitas korban tersbeut Vera Chandra Kho (19) warga Tarakan Tengah, Kalimantan. Lalu, jenazah label B047 yang juga dipadukan data gigi dari ante mortem dan pos mortem. Hasilnya, sama dan diketahui ada tambalan dari bahan emas. Serta di tubuh korban menempel pakaian dalam (BH) untuk jenis ibu menyusui. Semua sesuai dengan informasi yang didapa dari pos ante mortem. Jenazah tersebut bernama Kyung Hwa Lee (34), warga Korea Selatan. Budiyono mengatakan, dari pantauan CCTV terakhir korban diketahui menggendong balita. Informasi dari Air Asia juga demikian, hanya perempuan ini yang terlihat menyusui sebelum masuk ke pesawat. “Data-data itu yang memperkuat pengungkapan identitas korban,”” ucapnya. Jenazah terakhir yang terungkap berlabel 048. Dari data gigi yang didapat di posko ante mortem sama dengan perolehan data di pos mortem. Ada beberapa tambalan gigi dari bahan emas. Selain itu, terdapat asesoris gendongan balita yang menempel pada tubuh korban. “Kami cek di CCTV, terlihat jelas wajah korban tersebut,” jelas Budiyono. Tim DVI menetapkan jenazah tersebut atas nama Seong Beom Park (37) warga negara Korea Selatan. Dari data manifes, penumpang yang membawa bayi memang hanya Park Seong Beom. Dia membawa bayi perempuan berusia 11 bulan bernama Park Yuna. Park berangkat ke Singapura bersama istrinya Lee Kyung Hwa. Namun dalam manifes disebutkan Park tak berada satu kursi dengan Lee. Park berada di kursi 4F, sementara sebelahnya Joe Jeng Fee (4D) dan Monica Anggraeni (4E). Sedangkan istri Park, Lee berada di kursi depannya 3F. Dalam manifes tidak diketahui adanya penumpang di kursi 3D dan 3E yang berada di samping Lee. Kemungkinan dua kursi sebelah Lee kosong karena memang ada 15 penumpang AirAsia QZ8501 yang gagal berangkat. “Jenazah balita itu sampai sekarang belum ditemukan,” kata Budiyono. Jenazah pasutri asal Korea Selatan ini selanjutnya dimasukkan ke cold storage (lemari pendingin) dengan suhu minus 20 derajat Celsius. Pihak AirAsia masih menunggu konfirmasi dari keluarga korban. “Kami sudah berkoordinasi de­ngan Konsulat Jendral Korea di Sura­baya untuk membahas penye­rahan jenasah,”ujar Yuri Sur­yo, per­wakilan dari Air Asia. (gun/sep/riq/aph)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: