Untung Besar, Risiko pun Besar
Dilema Stockpile Batu Bara di Kecamatan Pangenan Penggunaan batu bara sebagai bahan bakar industri terutama tekstil, ternyata masih cukup besar. Hal ini terbukti dengan pasokan batu bara dari Kalimantan ke wilayah Jawa Barat hingga mencapai 3 ton tiap tahun. Cirebon menjadi pintu gerbang penyaluran batu bara tersebut melalui pelabuhan. Stockpile batu bara pun didirikan untuk mempermudah pengusaha mendistribusikannya. Salah satunya di Kecamatan Pangenan. Di Pangenan terdapat 10 stockpile yang saat ini aktif beroperasi. Camat Pangenan, Drs H Nanang Supriyatno MSi mengatakan, saat dirinya menjabat, sudah ada dua stockpile yang sudah tidak beraktivitas lagi. Hal itu karena lokasinya berdekatan dengan pemukiman. Lokasi stockpile di daerah pangenan sendiri berada di pingir jalan, berdekatan dengan pesawahan. Sementara jarak ke pemukiman penduduk cukup jauh. Namun tetap saja ancaman datang saat angin bertiup kencang saat musim kemarau. \"Jumlah 10 stockpile itu sudah berkurang, karena ada dua stockpile yang sudah tidak berfungsi,\" ucapnya. Nanang mengaku tidak bisa berbuat banyak. Hal itu karena pengusaha stockpile diklaim sudah mengantongi izin. \"Ya kalau kami tidak bisa berbuat banyak, sepanjang perusahaan stockpile mengantongi izin. Walau demikian ya kalau ada keluhan masyarakat kita akan tampung,\" ujarnya. Sementara pemerintah tampaknya tidak begitu saja bisa menutup perusahaan stokpile batu bara. Karena stockpile yang ada sudah menempuh perizinan sesuai mekanisme yang berlaku. Kepala Bidang Administrasi Perizinan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Cirebon, Dede Sudiono menyebutkan, 10 perusahaan stockpile sudah mengantongi izin semua. Sehingga pemerintah tidak bisa menutup begitu saja. Ia menyebutkan stockpile sendiri harus memenuhi beberapa izin, yakni fatwa rencana pengarahan lokasi, izin lokasi, izin mendirikan bangunan, izin gangguan, izin usaha perdagangan, dan tanda daftar perusahaan (TDP). \"Kalau ada pengolahan maka mereka harus memenuhi satu izin lagi, yakni izin industri,\" sebutnya. Ditambahkannya, berdasarkan rencana tata ruang wilayah, Kecamatan Pangenan sendiri diperuntukan bagi zona penyokong industri. WALHI: INDUSTRI HARUS KURANGI PEMAKAIAN BATU BARA Perputaran bisnis batu bara memang cukup besar. Setiap hari satu perusahaan stockpile bisa mengangkut puluhan truk batu bara untuk memenuhi kebutuhan industri. Namun, risiko yang ditimbulkan juga bisa lebih besar. \"Memang batu bara ini masih cukup besar digunakan oleh industri di Jawa Barat, tapi risiko yang ditimbulkannya juga besar,\" ungkap Manajer Pengelola Sumber Daya Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat, Muhammad Hendarsah. Hendrasah mengatakan, batu bara berdampak langsung terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Ia pun meminta agar pemerintah seharusnya memberlakukan regulasi yang ketat bagi stockpile batu bara. Hal ini untuk meminimalisasi dampak besar terhadap lingkungan sekitar. \"Saya rasa industri di Indonesia harus bisa mengalihkan penggunaan batu bara kepada energi yang lebih ramah lingkungan. Kebijakan pemerintah juga harus mendorong agar penggunaan batu bara dikurangi,\" tukasnya. Pria yang akrab disapa Ogi ini menjelaskan, dampak lingkungan batu bara bisa mematikan tanaman dan lahan produktif di sekitarnya. \"Tanah juga bisa rusak bila terkena terus batu bara,\" ucapnya. Selain itu, risiko kesehatan juga terlalu tinggi. Debu batu bara terutama yang dihaluskan sangat berpotensi terhirup oleh manusia. Ancaman risiko penyakit kanker pun bisa saja terjadi. Tak hanya itu, debu juga membuat kesehatan mata, pernafasan serta kulit ikut terganggu. Debu halus batu bara sendiri mengandung partikel kimia PM 2,5. Menurutnya, di seluruh dunia sudah ada 60.000 orang meninggal akibat dampak batu bara. \"Dulu Amerika cukup besar menggunakan batu bara, tetapi sekarang sudah mulai dikurangi. Ini juga yang harus diterapkan di Indonesia,\" imbuhnya. (jml)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: