Tolak Chevron Ditender Ulang

Tolak Chevron Ditender Ulang

Pembatalan Eksplorasi Panas Bumi Harga Mati KUNINGAN - Informasi mundurnya PT Chevron Indonesia dari proyek geothermal Gunung Ciremai akhirnya sampai juga kepada warga di tiga desa yang terdapat titik panas bumi. Mereka mengetahui informasi mundurnya Chevron dari media. Setelah mundurnya perusahaan asal Amerika itu, warga berharap tidak ada kelanjutan proses konservasi. Bukti Chevron mundur menjadi kajian alami bahwa potensi panas bumi di Ciremai belum bisa dimanfaatkan untuk energi. “Kalau ditanya bagaimana pendapat mengenai mundurnya Chevron, jawaban kami adalah, kami sangat senang. Ini doa warga yang dikabulkan oleh Allah SWT. Sejak pertama kali mencuat informasi eksplorasi panas bumi, kami sudah tidak setuju dan menolaknya,” ucap Pjs Kades Pajambon, Kecamatan Kramatmulya, Dadang Suhendra kepada Radar, kemarin (26/1). Dia bukannya tidak mau membantu pemerintah dalam memanfaatkan energi baru tersebut. Namun, terlalu banyak risiko karena  sebuah proyek pasti ada sisi negatif dan positif. Sedangkan warga sendiri sudah menikmati kondisi saat ini dengan suasana lingkungan yang alamiah. Warga di Pejambon mengaku sudah menikmati berkahnya Gunung Ciremai. Dimana tanah yang ditanami jambu merah sudah memberikan penghidupan layak turun temurun. Dengan bisnis jambu merah, warga bukan hanya bisa makan tapi bisa menyekolahkan anak-anak mereka dan berkecukupan. “Jadi, jangan paksakan lagi ada tender ulang. Kami khawatir terjadi gejolak lagi. Sedangkan masyarakat sudah nyaman dengan kondisi saat ini. Pemerintah harus mawas diri. Ketika perusahaan sekelas Chevron mundur, maka harus sadar bahwa memang potensi panas bumi di Ciremai tidak layak,” tegasnya. Sekarang, kata dia, warga ingin hidup tentram dari hasil pertanian. Mereka kini lebih memikirkan bagaimana caranya agar lahan pertanian terus bertambah sehingga hasil yang diperoleh lebih melimpah. “Luas lahan di desa kami ada 43 hektare, 27 hektar dita­nami jambu, sisanya tanah bengkok dan rumah penduduk. Sehingga, tidak terpikirkan untuk hal yang lain,” jelasnya. Tatang dan Samsu, yang aktif di karang taruna desa setempat ikut menambahkan. Mereka menyebut, pemerintah harus mendengar apa keinginan warga karena setiap ada proyek, imbasnya pasti kepada penduduk sekitar. “Jangan ganggu kami lah, kami sudah nyaman dengan kondisi saat ini. Dari jambu merah sudah memberikan apa yang kami inginkan. Selama ini warga bisa maju bukan dibantu pemerintah tapi mereka banting tulang sendiri,” ucap Tatang. Terpisah, Kades Ciniru, Kecamatan Jalaksana, Nanang Nasihin juga mengaku gembira dengan mundurnya Chevron. Keputusan mundurnya perusahaan Amerika itu harus disikapi positif karena mereka juga memiliki perhitungan matang. “Saya juga setuju proyek eksplorasi panas bumi jangan dilanjutkan. Kalau dipaksakan akan terus banyak penolakan, meski di desa kami sendiri warganya terkesan acuh dan banyak yang menolak,” ucapnya. Namun, apabila ditanya secara pribadi, dia menyayangkang dengan gagalnya Chevron. Dia sendiri mendukung proyek itu karena dari informasi dari berbagi sumber, panas bumi terbilang energi yang ramah lingkungan. “Saya ingin eksplorasi itu di Desa Ciniru yang ada sumber panas buminya. Saya yakin desa ini akan maju pesat dan memberikan hal positif,” ucap dia. Sekadar informasi, potensi tenaga panas bumi yang terkandung di kaki Gunung Ciremai berada di tiga lokasi yakni di Desa Sangkanurip Kecamatan Cigandamekar, Desa Ciniru dan Pajambon Kecamatan Jalaksana. Berdasarkan hasil penelitian, potensi tenaga listrik yang dapat dihasilkan dari tiga lokasi tersebut berbeda-beda yaitu dari Kawasan Sangkanurip dapat menghasilkan tenaga listrik sebesar 50 Mega Watt. Kemudian  Pejambon antara 100 hingga 150 Mega Watt dan Ciniru lebih dari 150 Mega Watt. (mus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: