Langganan, Muncul Wacana Jokowi Pindah ke Bogor

Langganan, Muncul Wacana Jokowi Pindah ke Bogor

BANJIR di Jakarta yang juga menyentuh sekitar kompleks Istana Negara membuat wacana kepindahan Presiden Joko Widodo ke Istana Bogor makin kencang. Wacana tersebut muncul pertama kali menyusul pertemuan Mensesneg Pratikno dengan Walikota Bogor Bima Arya, akhir pekan lalu. Pertemuan keduanya ketika itu, secara garis besar, adalah terkait makin seringnya presiden beraktivitas di Istana Bogor, hingga beberapa waktu terakhir. Atas hal tersebut, kemudian muncul rencana pembenahan kawasan sekitar Istana Bogor sebagai wilayah heritage (cagar budaya). Salah satunya dengan memperlebar jalan dan pedestrian di sekitarnya. Dikonfirmasi, Bima Arya menyatakan kalau masih belum mendapat kepastian atas wacana kepindahan presiden dari Istana Negara, Jakarta, ke Istana Bogor. Meski demikian, dia menyambut baik kalau benar nanti presiden akan lebih banyak berkantor ke kota yang dipimpinnya. “Belum tahu kepastiannya, tapi kalau benar, tentu kami (warga Bogor) akan mengapresiasi,” kata Bima saat dihubungi kemarin. Dia menambahkan, bahwa ketika bertemu dengan Pratikno, pembicaraan soal rencana presiden pindah kantor ke kota hujan itu belum sampai dibahas. “Pertemuan fokus pada koordinasi terkait agenda penataan kawasan kota sekitar Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor. Hingga tiga bulan lebih sejak dilantik, Jokowi memang telah beberapa kali beraktivitas di Istana Bogor. Pertama kali, pada 24 November 2014, Jokowi mengumpulkan para gubernur seluruh Indonesia. Acara berlangsung dari pagi hingga petang. Selang beberapa hari kemudian, pada 28 November 2014, presiden kembali menggunakan Istana yang sejak dulu memiliki rusa-rusa yang langsung didatangkan dari Nepal tersebut. Ketika itu, presiden melakukan pertemuan dengan para petinggi TNI dan pimpinan kejaksaan tinggi seluruh Indonesia. Tidak berhenti di situ, sejumlah kegiatan kembali dilakukan presiden di Istana Bogor. Terakhir, adalah pertemuan Jokowi dengan mantan rivalnya di Pilpres 2014, Prabowo Subianto. Pertemuan itu dilaksanakan disela Jokowi mengumpulkan para bupati seluruh Indonesia seri ke-3. “Memang sepertinya presiden nyaman untuk beraktivitas di istana Bogor,” imbuh Bima. Meski demikian, dia lagi lagi menegaskan kalau mendapat kepastian terkait wacana kepindahan ke Bogor tersebut. “Sampai saat ini saya kira belum ada keputusan beliau (Presiden Jokowi, red) akan menetap di Istana Bogor,” tandasnya. Hingga malam ini, belum ada keterangan langsung dari pihak istana atas wacana kepidandahan presiden berkantor ke Istana Bogor. Saat dihubungi dan dikirim pesan pendek, Pratikno belum merespons. MASUK BALAI KOTA Sementara itu, banjir juga masuk ke kantor Gubernur DKI Jakarta atau Balai Kota pun tak luput dari genangan air dengan ketinggian 25 cm. Air mulai memasuki Blok F Balai Kota yakni Pusat Kendali Kesehatan (Puldakes), ruang kerja Suku Dinas (Sudin) Komunikasi Informatika dan Kehumasan (Kominfomas), serta Biro Protokoler Pemprov DKI pada Senin dini hari pukul 00.25. Genangan air sempat merendam kabel listrik dan membuat aktivitas para PNS terganggu. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok membenarkan kantornya terendam air pada Senin dini hari. Namun, genangan tak berlangsung lama karena air segera surut dalam satu jam. “Di sini juga terendam semalam. Sekarang kami berusaha agar kawasan pusat pemerintahan tidak kebanjiran. Khususnya Istana Negara dan Monas,” ujar Ahok. Menurut Staf Humas Bali Kota, Ruki C. Munggaran sejumlah peralatan listrik di Balai Kota macet akibat terendam air. Namun, pihaknya tetap bekerja meski laptop dan komputer terpaksa harus dimatikan untuk mencegah korsleting. Akibatnya, mesin absen yang biasa digunakan oleh PNS tidak berfungsi. “Stop kontak listrik sedang dikeringkan semua karena letaknya di bawah jadi terendam air,” ujar Ruki. Menurut Kepala BPBD DKI Denny Wahyu banjir juga memasuki gedung DPRD DKI Jakarta dengan ketinggian air berkisar antara 10 sampai 20 cm. Namun pada Senin dini hari, air berangsur-angsur surut. “Banjir di Balai Kota sudah surut siang ini (kemarin, red),” katanya. Denny mengatakan saat terjadi banjir, pihaknya langsung menghubungi Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI. Dinas PMK pun segera mengerahkan dua unit mobil pemadam untuk menyedot banjir. “Sekitar pukul 03.23, genangan mulai surut,” kata dia, kemarin (9/2). Terjadinya banjir di Balai Kota tersebut, lanjut Denny, disebabkan sampah kardus yang masuk menyumbat saluran. “Sampah-sampah kardus yang menyumbat saluran air itu berasal dari pembungkus material-material bahan bangunan. Karena saat ini, kan memang sedang renovasi Gedung Blok F. Ditambah hujan memang sangat lebat,” tutur Denny. Balai Kota merupakan salah satu perkantoran yang rawan banjir. Sebelumnya, pada 2013 banjir juga satu kali masuk ke Balai Kota. Sedangkan pada 2014 tercatat dua kali Gedung Blok F disambangi banjir dengan ketinggian 20-30 cm. (del/end/dyn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: