Survei Komisi II DPRD Temukan Pipa Raksasa
DI kawasan mata air Talaga Nilem Desa Kaduela Kecamatan Pasawahan, rupanya bukan hanya terdapat gelondongan pipa berukuran 6 inchi. Yang mencengangkan, ditemukan pipa raksasa yang terbuat dari besi baja yang diperkirakan berukuran 24 inchi. Temuan tersebut membuat belasan anggota Komisi II DPRD yang melakukan survey geleng-geleng kepala, kemarin (26/2). “Dilihat dari gelondongan pipa ini, sebetulnya PAD Kuningan ini bisa besar. Begitu pula PADes Kaduela. Tidak cuma Rp750 ribu per bulan atau Rp1 juta per bulan,” ujar salah seorang anggota DPRD, Saw Tresna Septiani SH diamini para anggota lainnya. Di bawah komando H Dede Ismail SIP selaku ketua, belasan anggota menemui perangkat Desa Kaduela serta para pelaku usaha yang memanfaatkan air Talaga Nilem. Tidak lama kemudian, mereka secara bersama-sama meninjau mata air yang di situ tidak terpasang water meter. Tampak Kades Kaduela, Yayat Suyatna didampingi BPD dan LPM desa setempat menemani para wakil rakyat. Mereka menunjukkan puluhan pipa yang dijadikan media penyaluran air dari Talaga Nilem ke pelaku usaha dan masyarakat. Ditunjukkan pula reservoir (tempat penampungan air) di hulu mata air tersebut. “Sebetulnya ada tiga sektor penyaluran air. Sektor pertama untuk CV Talaga Nilem Sakti (TNS), kemudian untuk masyarakat Desa Cikalahang Cirebon dan satu sektor lagi untuk para pelaku usaha seperti air isi ulang, rumah makan dan kolam renang,” sebut Suwanto, Ketua LPM Kaduela. Para wakil rakyat pun sempat melihat langsung tempat penampungan air yang dimanfaatkan CV TNS. Tutupnya dibuka, kemudian dilakukan pengecekan ukuran pipa yang digunakan mengingat masih ada klaim antara 6 inchi dan 8 inchi. Sayang, waktu itu Direktur CV TNS, H Fahmi hanya mewakilkan pada karyawannya untuk menerima kunjungan Komisi II. Bukan hanya melihat tempat penampungan, para anggota dewan pun menyusuri saluran pipa sampai ke bawah. Mereka menemukan fakta adanya gelondongan pipa raksasa dengan ukuran 24 inchi. Pipa tersebut terbuat dari besi baja yang terlihat menghitam lantaran sudah berusia cukup tua. “Pipa ini ukurannya 24 inchi yang sudah terpasang sejak tahun 1985. Air yang disalurkan lewat pipa ini sangat banyak untuk mencukupi kebutuhan air warga Cikalahang. Tapi dari situ, tidak ada pemasukan sama sekali ke pihak desa maupun ke pemda,” terang Kades Kaduela, Yayat Suyatna. Dalam kesempatan itu, Yayat juga mencoba meluruskan keterangan yang pernah dilontarkan Direktur CV TNS, H Fahmi. Terutama soal pengakuan belum untungnya dari usaha tersebut. Padahal berdasarkan hasil estimasinya, dia merasa mustahil jika CV TNS merugi. “Ke Desa saja cuma Rp1 juta, itu pun berhenti pada tahun 2013, tidak ada pemasukan lagi. Padahal di MoU jelas hitungannya kisaran Rp5 juta sampai Rp6 juta per bulan,” tandasnya. Yayat menyoal pula pemasangan water meter yang dipasang di hilir oleh CV TNS. Termasuk tindakan wanprestasi terhadap MoU dengan menjual air ke PDAM Cirebon. Sebab water meter yang dipasang di hilir itu hanya untuk air yang dijual ke PDAM Cirebon. Sedangkan air yang diangkut oleh mobil tengki tidak terukur. “Kalau diperkirakan, sedikitnya 20 rit armada tengki per hari. Ini tidak dihitung. Apalagi di MoU itu jelas air yang dimanfaatkan itu hanya untuk angkutan tengki, bukan untuk dijual ke PDAM Cirebon. Kalau bukan wanprestasi, lantas apa namanya?” ketus Yayat. Selain itu, dirinya membantah kerugian yang dialami CV TNS, terlebih dengan mengaku nilai investasi yang hampir Rp3 miliar. Sebab, pihaknya menemukan data dari hasil penjualan air ke PDAM Cirebon selama dua tahun saja mencapai Rp1,6 miliar. “Ini ada datanya, sejak Juni 2012 sampai Desember 2014 PDAM Cirebon setor ke CV TNS sebesar Rp1,6 miliar,” ungkap Yayat diamini ketua LPM dan ketua BPD. Sementara itu, dalam kunjungan yang dilaksanakan berjam-jam itu, Komisi II DPRD menemukan hal-hal baru. Disamping adanya gelondongan pipa raksasa, ditemukan pula data akurat soal pelaku usaha yang memanfaatkan air Talaga Nilem. Ternyata jumlahnya bukan 18 titik seperti yang disebutkan Dispenda. “Dari pendataan tadi, bukan 18 titik melainkan ada 20 titik pipa. Ukurannya mulai 2 inchi, 4 inchi, 8 inchi sampai pipa berukuran 24 inchi. Setelah kemarin kami panggil ke gedung dewan, nanti pun akan panggil kembali. Hasil sementara, mereka menyatakan siap untuk mengurusi perizinan, karena baru dua titik yang sudah mengurus perizinan,” ungkap Dede Ismail, anggota Komisi II. Politisi Gerindra ini berorientasi pada dongkrakkan PAD dan PADes. Sebab menurutnya, 20 titik yang ada sangat potensial dalam meningkatkan angka PAD dan PADes. Dia menjelaskan, pasca kunjungan itu pihaknya akan menggelar rapat internal dalam merumuskan langkah lanjutan penertiban pemanfaatan air Talaga Nilem. “Kita akan mengeluarkan rekomendasi kaitan dengan penataan perizinan. Gelondongan pipa tersebut pun akan kami dorong pihak eksekutif untuk melakukan penertiban. Termasuk pipa berukuran 24 inchi yang kabarnya untuk mencukupi 10 ribu KK,” janji Dede. Rapat lanjutan dengan Pemdes Kaduela pun, kata dia, akan dilaksanakan. Termasuk memanggil PDAM Cirebon dalam upaya klarifikasi. Dede menegaskan, perizinan dan pemasangan water meter di hulu wajib ditempuh oleh para pelaku usaha yang memanfaatkan air Talaga Nilem. “Target kita Maret nanti permasalahan ini bisa dibereskan dengan dikeluarkannya rekomendasi untuk eksekutif. Semuanya bisa tertib dan tercarikan solusi yang menguntungkan semua pihak,” tegasnya. Dia menambahkan, sebetulnya selain Talaga Nilem, terdapat 11 mata air yang menjadi sumber pemasukan daerah cukup potensial. Rata-rata debit air yang dihasilkan dari 11 mata air tersebut mencapai 100 liter per detik. Bahkan ada beberapa diantaranya yang bisa menghasilkan 300 sampai 400 liter per detik. “Pokoknya kami akan mendorong eksekutif untuk menggali PAD yang potensial itu. Kita akan tertibkan dulu Talaga Nilem, baru melangkah pada sumber mata air lainnya,” tukas Dede. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: