Beras Tetap Mahal, OP Tak Berpengaruh
HARGA di Kota Cirebon masih tinggi meskipun Pemkot Cirebon bersama Bulog telah menggelar operasi pasar (OP) beras murah selama tiga hari. Rencananya, hari ini Senin (2/3), OP akan dilakukan di Kantor Kelurahan Jagasatru. Saat ini, harga beras masih berkisar Rp11 ribu hingga Rp13 ribu/kg. Sri Indiyani, pedagang beras di Pasar Kalitanjung, Kota Cirebon, mengatakan, saat ini yang dijual di pasar kebanyakan beras sayur. Untuk kualitas beras jenis Rojolele dan Pandanwangi sudah menghilang. Hal ini karena gabah di petani semakin sulit. “Stok gabah katanya sulit dari petaninya, belum ada panen, jadi pedagang juga ikut bingung,” katanya kepada Radar, kemarin. Selain itu, menipisnya stok beras juga dipengaruhi oleh cuaca. Pada bulan Januari-Februari terjadi musim hujan. Sehingga sejumlah pabrik tidak bisa menjemur beras. Dikatakan dia, adanya operasi pasar untuk menekan harga beras belum berpengaruh banyak untuk mengintervensi harga. Wartina, salah satu pemilik pabrik beras di Arjawinangun, menyebutkan hal yang sama. Dirinya selama ini kesulitan mendapatkan stok gabah dari petani. Saat ini pihaknya bahkan meminta stok gabah dari Kudus dan Demak yang sudah panen lebih dulu. Sementara para petani di Jawa Barat sendiri sampai saat ini belum melakukan panen raya. Padahal Jawa Barat adalah salah satu yang memiliki lumbung gabah yang cukup banyak, seperti Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon dan Majalengka. “Saya yakin kalau di Jawa Barat sudah panen raya, harga beras pasti bakal turun,” ungkapnya. Untuk menyangga suplai kebutuhan konsumsi beras, sejumlah pabrik di Cirebon sendiri meminta stok gabah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Itu pun saat ini di Jawa Timur juga sudah mulai kehabisan, Jepara dan Purwodadi itu sudah sulit, tinggal Kudus dan Demak,” tukasnya. Kepala Disperindagkop UKM Kota Cirebon, Drs H Agus Mulyadi MSi menjelaskan pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan OP beras yang dilakukan selama tiga hari itu. Disperindag akan melaporkan hasil operasi pasar ke kepala daerah, dalam hal ini wakil wali kota. “Kita evaluasi dari pelaksanaan operasi pasarnya, apakah itu sudah tepat sasaran, dan sejauh mana operasi pasar ini bisa mempengaruhi harga beras,” ucap Agus Mulyadi. Setelah selesai menggelar operasi pasar, lanjut Agus, pihaknya akan melakukan survei harga ke sejumlah pasar. Setelah itu, Agus menyebutkan pihaknya apabila terjadi penurunan harga beras, maka ia juga akan mengkaji apakah penurunan tersebut disebabkan oleh intervensi pasar atau hanya mekanisme pasar. Dikatakan dia, selama dua hari penyelenggaraan OP memang ada warga yang kurang antusias. Hal itu terjadi karena masyarakat memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap kualitas beras OP. Padahal kualitas beras OP sendiri yang dimilii bulog itu hanya beras medium. Di lain sisi, Agus menerangkan apabila ternyata dibutuhkan kembali operasi pasar. Maka pihaknya akan melakukan penambahan kembali. Ia menambahkan harga beras juga dipengaruhi oleh situasi nasional dan regional. “Operasi pasar ini kan sifatnya lokal, tidak bisa dilihat dari satu sisi, harga itu punya beberap faktor,” ujarnya. Hanya saja, dengan operasi pasar ini Agus berharap stok beras di masyarakt bisa tercukupi. “Saat ini kemungkinan baru maret minggu ke dua mulai panen raya, yang terpenting minimal dengan operasi pasar ini bisa mencukupi kebutuhan masyarakat, dan menjaga ketahanan pangan,” ujarnya menutup. Sementera itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pemicu naiknya harga beras salah satunya karena keterlambatan distribusi raskin. Hal tersebut membuat Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa kelimpungan. Khofifah langsung melakukan sidak ke Gudang Bulog Divre (Divisi Regional) Jatim di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, kemarin (1/2). Khofifah tak menampik jika distribusi raskin dijadikan salah satu alasan naiknya harga beras. “Raskin baru dilaunching 28 Januari,” kata Khofifah. Khofifah memastikan bahwa distribusi raskin akan tetap berjalan. “Bulan Maret ini waktunya musim panen. Jadi saya pastikan posisi raskin aman. Dana anggaran raskin hingga Desember nanti cukup karena anggaran raskin itu diambilkan dari dana APBN bukan dana APBNP,” kata Khofifah. Selain melihat stok raskin di Gudang Bulog Divre Jatim, Khofifah juga melakukan pengecekan kualitas beras. Khofifah berharap bahwa semua divre maupun sub-divre menyediakan tempat untuk menyortir beras. “Karena sudah lama di gudang, maka perlu dicek kondisinya. Tak menutup kemungkinan di beras tersebut ada batu, kapur, atau lainnya” katanya. Tak hanya itu, Khofifah meminta masyarakat agar tidak kawatir mengenai kualitas beras raskin. Dia mengaku sudah membuat kesepakatan dengan direktur Bulog. Jika ditemukan ada raskin yang kondisinya rusak, pihaknya akan menggantinya. Hal itu sudah merupakan garansi langsung dari pihak Bulog. Menurut Khofifah, dia berencana untuk lebih melakukan pemantauan terhadap distribusi raskin. Pihaknya mengaku juga sudah meminta panitia raskin untuk melakukan pendataan secara jeli. “Salah satu ketepatan yang kita prioritaskan adalah ketepatan sasaran. Raskin harus sampai pada orang-orang yang membutuhkan” katanya. Khofifah tak menampik jika selama ini pada kenyataannya penerima raskin lebih besar dari pada yang terdaftar. “Kami masih memaklumi hal tersebut. Sebagai contohnya, di beberapa tempat masih ada sistem bagito (bagi-bagi roto). (jml/hen)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: