Perjalanan Umrah Darul Falah Tour (6)

Perjalanan Umrah Darul Falah Tour (6)

Bingung Pilih Lift, Jamaah Umrah Bercampur dengan Pengunjung Mal Bagi yang belum pernah ke Kota Makkah bakal takjub dengan apa yang dilihat. Termasuk sebagian besar jamaah umrah Darul Falah Tour yang baru pertama kali menginjakkan ke tanah suci. KHOLIL IBRAHIM, Makkah KOTA Makkah sudah seperti kota-kota megapolitan di belahan dunia lainnya. Lalu lintasnya ramai, fly over di mana-mana, kemudian gedung tinggi berlomba-lomba mencakar langit. Belum lagi keberadaan shopping center yang menjamur dan aktivitas penduduknya yang tak pernah mati, selalu hidup selama 24 jam. Jauh berbeda dengan Kota Madinah. Di Madinah lebih tertib, nyaman, masih sangat terasa nuansa timur tengahnya. “Kota Makkah seperti Jakarta-nya Indonesia. Madinah mirip dengan Kota Cirebon,” kata kata KH Syairozi Bilal penyelanggara sekaligus pendamping jamaah umrah Darul Falah Tour. Modernisasi juga nampak disekitar ring satu kawasan Masjidil Haram dimana Kabah berada. Menjamur mal-mal yang terintegrasi dengan hotel, pusat perbelanjaan fashion, barang elektronik sampai aneka usaha kuliner dari berbagai macam negara. Masuk maupun keluar Mas­jidil Haram, jamaah um­rah bercampur dengan orang-orang yang hendak shop­ping atau jalan-jalan di mal. Saking dekatnya dan langsung menghadap Masjidil Haram, lantai mal berubah menjadi tempat salat usai adzan berkumandang. Sama halnya seperti di Madinah, hotel dan mal di ka­wasan pintu masuk area masjid bakal dibongkar. Jumlahnya puluhan. Aktivitas pekerjaan proyek pembangunan Masjidil Haram sampai sekarang masih berlangsung. “Tahun 2011 lalu lokasi ho­­tel ini jauh dari area mas­jid. Sekarang lihat, de­kat se­kali. Hotel-hotel di depan­nya sudah dibongkar. Ho­tel tem­pat kita menginap ju­ga nan­ti dirobohkan,” ung­kap H Mo­hamad Ahsan, mem­ban­dingkan kondisi sekarang dengan ketika dia naik haji lima tahun lalu. Penyelenggara umrah Darul Falah Tour menempatkan rombongan di Hotel Al Marwa Rayhan untuk tempat menginap. Hotel bintang lima ini juga terintegrasi dengan mal-mal dilantai yang berbeda. Saat pertama kali tiba, Selasa (3/3), jamaah dibuat  kebingungan untuk menghafal nomor-nomor lantai yang menuju lobi hotel, restoran dan lift yang langsung ke area pintu masuk Masjidil Haram. “Keder pisan, ruwed meng­kenen, ngapalnae angel. Mending di Madinah lebih simpel,” kata H Warya Hadi Saputra, jamaah asal Desa Pekandangan, Indramayu. Bagi Warya, istrinya Hj Marwati dan juga jamaah lain yang usianya sudah sepuh, menghafal nomer lift menjadi hal yang wajib dan tidak boleh lupa. Salah menghafal bisa kesasar ke tempat lain. Maklum di Gedung Al Marwa Rayhan yang kami tempati juga terdapat hotel lain. Jumlah lift-nya cukup banyak dengan tujuan berbeda. Hotel yang berada di dalam Al Marwa Tower inipun sangat modern, berkelas dan nyaman. Tidak salah penyelenggara Darul Falah Tour memilih hotel ini sebagai tempat menginap jamaah. Untuk urusan makan, jamaah menikmati hidangan yang ada di Tasneem Restoran. Menunya made in Indonesia mulai dari tempe goreng, gorengan ikan bandeng, gombyang, sampai sayur asem. Hari ketiga di Kota Makkah, Kamis (5/3) rombongan Darul Falah Tour kembali diajak melakukan ziarah luar atau wisata religi ke sejumlah tempat yakni, Gunung Tsur, Goa Tsur, Arofah, Jabal Rahmah, Muzdalifah, Mina, Kirona dan Jabal Nur. Kemudian kuburan Mala, Masjid Kucing serta Masjid Jin. Di Padang Arafah banyak tumbuh pohon sukarno di pinggir jalan raya. Di tempat ini pula rombongan diperkenalkan dengan lokasi pemondokan di waktu mabit jamaah haji asal Indonesia. Dipandu dua guide, jamaah menikmati betul jalan-jalan kali ini yang setelahnya mengambil miqot di Masjid Jironah untuk kembali menunaikan ibadah umrah sunah. Masjid Jironah jaraknya sekitar 25 km dari Kota Makkah. Umrah kedua ini tidak diwa­jib­kan. Hanya bagi jamaah yang mampu saja. Tapi banyak ja­maah manula yang ikut serta. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: