Ungkap Otak Match Fixing!
Tim Sembilan Yakin Johan Ibo hanya Alat Mafia Sepak Bola JAKARTA - Johan Ibo saat ini memang sedang menjadi sorotan. Itu setelah dia \"tertangkap basah\" melakukan upaya penyogokan kepada sejumlah pemain Pusamania Borneo FC di Surabaya pada Selasa (7/4) lalu. Dalam upaya penyogokan itu, Ibo mengiming-imingi sejumlah uang kepada para pemain Pusamania agar menyerah dari Persebaya Surabaya dalam pertandingan lanjutan Liga Indonesia. Namun, Tim Sembilan berencana melindungi dan bekerja sama dengan Johan Ibo tersebut. \"Dia akan kami jadikan sebagai justice collaborator, karena kami yakin dia hanya sebagai alat dari sindikat ini,\" kata Djoko Susilo, salah satu anggota Tim Sembilan. Seperti yang diketahui, Justice Collaboratore adalah pelaku tindak pidana tertentu, tetapi bukan pelaku utama, yang mengakui perbuatannya dan bersedia menjadi saksi dalam proses peradilan. Menurut Djoko rencana tersebut juga sudah dia sampaikan ke Imam Nahrawi agar Johan Ibo bisa langsung diproteksi di Jakarta. \"Kami yakin ini adalah kejahatan yang sangat sistematis dan sudah tentu melibatkan banyak orang. Dan, dibalik kasus Johan Ibo ini pasti ada tokoh intelektualnya. Dan, siapa dia, Johan Ibo pasti tahu persis masalah ini,\" tegasnya. Nah, bila kemudian Johan Ibo bisa mengungkapkan siapa dalang dibalik kasus ini, Djoko optimistis kasus lain match fixing lain yang pernah terjadi di sepak bola Indonesia juga bisa terungkap. Termasuk kasus sepak bola gajah yang melibatkan PSIS Semarang dan PSS Sleman dalam pertandingan babak delapan besar Divisi Utama musim lalu. \"Kasus semacam ini kan seperti lingkaran setan saja, dan kalau mau ditelusuri pasti akan ketahuan ujungnya,\" tuturnya. Djoko juga menegaskan bahwa sudah saatnya pihak kepolisan harus masuk untuk memberantas sindikat mafia sepak bola.\"Karena kalau berharap masalah ini diselesaikan oleh PSSI, maka hasilnya juga sama saja, dan akan begini-begini saja,\" tuturnya. Seperti yang diketahui, Tim Sembilan adalah salah satu lembaga think tank yang dibentuk oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi untuk mengevaluasi kinerja PSSI. Tim yang diketuai oleh mantan Wakapolri Oergoseno tersebut dibentuk setelah terjadinya insiden sepak bola gajah antara PSIS Semarang dan PSS Solo di Divisi Utama tahun lalu. Sementara itu, Heru Nugroho, Sekjen BOPI di Jakarta kemarin (8/4) menjelaskan bahwa pihaknya prihatin dengan yang dugaan match fixing yang terjadi di Surabaya. \"Harus ditindak dan selanjutnya di follow up kelanjutan kasus itu, saya kira pihak kepolisan paham tugas pokoknya,\" tegasnya. Nah, salah satu alat bukti yang cukup kongkrit demi membuka bagaimana alur pengaturan skor terjadi adalah handphone milik JI. Sebab, disitu history panggilan telepon dan juga pesan singkat yang dikirim JI kepada sejumlah pemain Pusamania Borneo FC sudah bisa membuktikan segala dugaan. \"Semua bisa dilihat di hp milik oknum yang disangkakan. Kalau itu bisa diamankan pihak kepolisian, kedepan proses pembuktian juga akan semakin terang benderang,\" lanjut Heru. Hal ini tidak hanya bagi Kemenpora dan BOPI, tetapi secara khusus akan bisa membuat mata PSSI dan PT Liga Indonesia selaku operator mau berbenah. \"Ini kan sudah terjadi, kalau tidak ada perubahan dalam pelaksanaannya. Maka, memang ada yang bermasalah didalam tubuh organisasi induknya,\" tegasnya. (dik/nap)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: