Usung Teknologi Ramah Lingkungan

Usung Teknologi Ramah Lingkungan

PLTU Cirebon Tahap II Dibangun Akhir 2015 CIREBON – PLTU Cirebon tahap II dengan kapasitas 1x1000 MW dengan nilai investasi sebesar Rp2 miliar dolar AS akan dibangun akhir tahun 2015. Rencananya, PLTU Cirebon tahap II akan didirikan di lokasi lahan seluas 100 hektare di Desa Kanci dan Kanci Kulon, Kecamatan Astanajapura. Kepastian itu disampaikan Presiden Direktur PT Cirebon Energi Prasarana, Heru Dewanto di hadapan puluhan wartawan cetak dan elektronik saat gala gathering di Hotel Puri Santika Cirebon, Senin (11/5). Menurutnya, PLTU tahap II ini akan menggunakan teknologi ultra super critical boiler yang ramah lingkungan dan hemat bahan bakar. Teknologi ultra super critical boiler merupakan teknologi tercanggih di dunia dan baru diterapkan di Indonesia. Emisi CO2 yang dihasilkan lebih rendah 6 persen, bila dibandingkan dengan teknologi PLTU saat ini yang menggunakan super critical boiler. “Teknologi ini masuk ke dalam kategori clean coal energy,” tuturnya. Berdasarkan hasil studi kelayakan emisi, teknologi ini hanya menghasilkan 245 mg/Nm2 SO2 dari ambang batas yang disyaratkan pemerintah sebesar 750 mg/Nm3, 250 mg/Nm3 NOx dari ambang batas sebesar 850 mg/Nm3, 25 mg/Nm3 total debu dari ambang batas sebesar 150 mg/Nm3 dan opacity yang dihasilkan hanya 12 persen dari ambang batas yang ditetapkan sebesar 20 persen. “Artinya, teknologi ini sangat ramah sekali terhadap lingkungan. Karena emisi yang dihasilkan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan batas ambang yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI,” terangnya. “Selain emisinya rendah, dengan teknologi ini konsumsi bahan bakar batu bara pun bisa hemat sebesar 6 persen per tahun. Bahkan, bisa menggunakan batubara dengan kualitas rendah yang melimpah di Indonesia,” imbuhnya. PLTU Cirebon tahap II diharapkan bisa beroperasi sesuai dengan jadwal pada akhir 2019 nanti. Dari sisi barat wilayah Jawa-Bali telah masuk pembangkit skala besar, yakni PLTU Cirebon 1x1000 MW. Sehingga regional balance di sistem Jawa-Bali sudah mulai terjadi. Karena PLTU ini akan menambah kapasitas jaringan listrik Jawa-Bali yang kebutuhannya mencapai 30ribu MW. “Targetnya, losses transmisi dapat ditekan menjadi 1,87 persen dan menambah pengguna listrik sekitar 4,5 juta jiwa,” harapnya. Sebelum pembangunan kontruksi dimulai, tahap persiapan sudah dilakukan, seperti menyiapkan lahan dan dokumen amdal (analisi mengenai dampak lingkungan). Untuk lahan sebagian besar akan menggunakan yang sudah ada. “Kalau untuk amdal, rencananya besok kita akan ekspos kepada masyarakat mengenai hasil kajiannya,” tambah Heru. Untuk tenaga kerja, rencananya PLTU Cirebon tahap II 50 persen akan menggunakan tenaga kerja. Hal ini berdasarkan pengalaman pada masa kontruksi PLTU Cirebon 1x660 MW sampai dengan masa operasional. “Ketika bangun PLTU Cirebon 1x600 MW, kami telah memperkerjakan 3.500 karyawan, 50 persennya adalah masyarakat sekitar PLTU dan masyarakat Cirebon pada umumnya,” bebernya. Agar persentasi tenaga kerja lokal terus bertambah, manajemen PLTU Cirebon melalui program CSR menggelar program-program pelatihan kepada masyarakat sekitar. Sehingga warga punya keterampilan dan berkesempatan bekerja di PLTU. “Dari program ini, kita sudah punya 200 alumni yang siap pakai pada saat tahap pembangunan PLTU Cirebon 1x1000 MW nanti,” pungkasnya. (jun)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: