Acep-Aang Tolak Usir TNGC

Acep-Aang Tolak Usir TNGC

[[[KUNINGAN – Dalam menyikapi polemik TNGC (Taman Nasional Gunung Ciremai), Wabup H Acep Purnama MH ternyata satu pemikiran dengan H Aang Hamid Suganda. Dirinya tidak sependapat jika harus mengusir BTNGC atau membubarkannya. Pernyataan ini disampaikan Acep usai mengikuti Rapat Paripurna DPRD, kemarin (3/6). Kepada para awak media, dia mengatakan, sekarang ini semuanya sudah terjadi. TNGC sudah ditetapkan dan BTNGC pun sudah berada di Kuningan. “Saya rasa selama ini plus-minus. Baik buruknya (keberadaan TNGC, red) sudah sama-sama kita rasakan. Tapi kita harus akui keberadaan BTNGC di bawah Kementerian Kehutanan. Kebetulan mereka berada di Kuningan, artinya siap bekerja sama dengan Pemkab Kuningan,” kata politisi yang getol turun ke bawah itu. Acep mengaku pernah bertemu langsung dengan kepala BTNGC. Bahkan dirinya banyak berdialog kaitan dengan TNGC. Satu pesan yang ditekannya, sambung Acep, BTNGC diharapkan untuk merubah pandangannya. “Satu pesan saya sih, BTNGC perlu merubah pandangan terkait pengelolaan Gunung Ciremai. Yang pasti harus menyertakan Pemda dan masyarakat,” ujarnya. Dia tidak setuju jika harus mengusir BTNGC. Sebab menurutnya, masih banyak usaha dan upaya untuk melakukan perbaikan dengan cara mengkomunikasikan keinginan-keinginan. “Masalahnya kan peran BTNGC. Dan sekarang sudut pandang masyarakat sudah sama-sama ada kesepahaman bahwa masyarakat perlu peran BTNGC, begitu pula BTNGC membutuhkan peran masyarakat. Kalau kemarin kan masih tertutup,” ungkap Acep. Ditanya biaya izin pengelolaan mata air di kawasan TNGC yang mencapai Rp250 juta per titik, dia mengaku kurang tahu. Hanya saja dirinya mengingatkan agar dalam perizinan, BTNGC jangan lupakan Pemda. “Jangan sampai lupakan Pemda, tetap harus koordinasi,” pintanya. Dengan ditetapkan Ciremai sebagai TNGC, Acep mengakui perencanaan konservasi berjalan baik. Di setiap lahan hutan, imbuhnya, rata-rata hampir hijau. Hanya saja, konsep konservasi juga sebetulnya berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. “Jadi, mari kita rumuskan dari sisi-sisi lain. Karena konsep konservasi itu kan untuk ngejo (kesejahteraan, red) juga. Misal ketersediaan air, terjaganya iklim cuaca agar tidak panas, dan lain sebagainya,” kata Acep. Sejauh ini, pihaknya mengamati sudah ada komunikasi antara BTNGC dengan masyarakat. Itu menandakan bahwa respon BTNGC bagus dalam mendengar jeritan masyarakat. “Waktu saya berdialog dengan kepala BTNGC, responsnya juga bagus, komunikatif. Saya apresiasi,” pungkasnya. (ded)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: