Hacker Curi Data Ring 1 Istana

Hacker Curi Data Ring 1 Istana

Serangan Cyber Makin Serius JAKARTA - Pembentukan Badan Cyber Nasional (BCN) kian mendesak, seiring serangan para peretas atau hacker yang tak pandang bulu. Bahkan, instansi di ring 1 Istana pun menjadi sasaran. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, serangan peretas yang diarahkan ke instansi pemerintah makin serius. “Misalnya kemarin ada instansi di ring satu, blank (kosong) data-data (di komputer) nya, hilang, ini kan bahaya,” ujarnya di sela Simposium Nasional Cyber Security di Jakarta, kemarin (3/6). Tedjo memang tidak bersedia membeber lebih lanjut perihal serangan ke instansi tersebut, termasuk apakah ada kerugian berupa data-data rahasia negara yang berhasil diambil oleh peretas. Namun, dia menegaskan bahwa potensi serangan cyber itu nyata adanya. “Makanya kita butuh satu komando untuk menangkal serangan-serangan yang bisa membahayakan kepentingan nasional,” katanya. Karena itu, lanjut dia, pembentukan Badan Cyber Nasional (BCN) kian mendesak. Sebab, saat ini teknologi informasi dan komunikasi telah merambah ke berbagai sektor, sehingga keamanan di dunia maya menjadi prioritas dalam keamanan nasional. “Kita sebetulnya terlambat (membentuk BCN), tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” jelasnya. Dalam acara simposium tersebut, kata Tedjo, ada pula simulasi berjudul \"Indonesia Under Attack\" untuk memperlihatkan bagaimana prosedur yang harus dilakukan instansi pemerintah jika terjadi serangan masif oleh para peretas pada sistem komputer. “Semua harus siap, jangan sampai layanan publik terganggu gara-gara (serangan) ini,” ucapnya. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu juga menyuarakan pentingnya pertahanan cyber. Menurut dia, perang di dunia maya atau cyber war merupakan realita yang kini harus dihadapi. “Misalnya akhir tahun lalu antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara,” ujarnya. Sebagaimana diketahui, akhir 2014 lalu, dunia dihebohkan oleh aksi peretasan yang diduga dilakukan Korea Utara pada jaringan komputer Sony Pictures yang hendak menayangkan The Interview, film komedi satir tentang rencana pembunuhan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un. Tak lama berselang, aksi balasan dilancarkan terhadap Korea Utara yang membuat jaringan internet di negeri Komunis itu mati total selama 9 jam. Sementara itu, pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo H Kertopati mengatakan, ancaman ketahanan suatu negara kini tidak hanya dari perang fisik, melainkan sudah menjurus pada perang intelijen melalui dunia maya atau cyber war. “Perang jenis ini bisa melumpuhkan ekonomi dan ideologi sebuah negara,” ucapnya. Karena itu, lanjut dia, memang sudah saatnya TNI atau aparat intelijen Indonesia untuk makin memperdalam kemampuan dalam menangkal upaya serangan cyber. “Jadi, tidak hanya boleh konsentrasi mempertahankan kedaulatan teritorial, tapi juga kedaulatan melalui teknologi,” ujarnya. Bagaimana tanggapan Istana? Saat dihubungi, Tim Komunikasi Kepresidenan Sukardi Rinakit enggan berkomentrar banyak. Menurut dia, pada prinsipnya pemerintah akan serius meningkatkan sistem pertahanan dan keamanan di segala bidang. (owi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: