Disdik Jualan Soal ke Siswa
Pengadaan Berdalih Standarisasi Tingkat Kota KEJAKSAN – Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon Drs Anwar Sanusi MSi menganggap wajar, salah cetak masal soal ujian ulangan akhir sekolah. Sebab tidak menutup kemungkinan pihak-pihak terkait sedang lupa. “Ke depan akan berhati-hati meskipun faktanya tetap saja ada yang salah,” ujarnya, Selasa (20/12). Mantan kabid dikdas ini berharap tidak ada saling menyalahkan atau membesar-besarkan persoalan ini. Karena kesalahan lebih kepada kekurang hati-hatian. Sehingga pada pelaksaan ulangan semester masih terdapat kesalahan. Disinggung tentang jual beli soal, pria berkacamata ini menegaskan, pengadaan soal oleh disdik sebenarnya untuk standarisasi tingkat kota. Sekaligus penjagaan mutu soal. Sehingga soal dibuat sama disesuaikan dengan standar kota. Bagaimana dengan biaya pembelian soal ke disdik? Anwar memilih mengelak dan mempersilakan Radar menanyakan langsung kepada kepala UPTD di tingkat kecamatan mengenai besaran biayanya. “Biayanya dari sekolah masing-masing, besarannya bisa konfirmasi kepada kepala UPTD,” tandasnya Namun demikian, dirinya membantah uang yang terkumpul dari penjualan soal se-Kota Cirebon tingkat SD mencapai Rp385 juta lebih. Bahkan dirinya memperkirakan masih di bawah Rp100 juta. Pengadaan soal juga tidak menggunakan sistem tender, tapi penunjukan langsung ke rekanan. “Saya kira jumlahnya tidak sampai segitu, pengadaannya tidak melalui tender tapi juksung,” jelasnya. Mengenai pembelian soal menggunakan dana BOS, lagi-lagi Anwar berkelit dengan berdalih tidak hafal betul bisa tidaknya pembelian soal diambilkan dari dana BOS. Saat ditanyakan apakah pengadaan soal semesteran dialokasikan secara khusus di APBD, ia mengaku tidak paham betul, apakah alokasi di APBD bisa dilakukan. Karena ada ketentuan bahwa tidak boleh memberikan fresh money langsung kepada pihak ketiga. Untuk itu disdik terkendala pada persoalan itu. Terpisah, fungsionaris Partai Demokrat Kota Cirebon, Umar Stanis Clau menganggap persoalan salah soal ini akibat lemahnya disdik dalam melakukan fungsi control. Membuktikan penyusunan soal masih amburadul. Tidak lebih hanya copy paste dari soal yang sebelumnya tanpa ada quality control jelas. Umar juga mengkritik keras pembelian soal sekolah kepada disdik. Padahal masyarakat umum selama ini sudah mengetahui anggaran disdik sangat besar. Sehingga sangat ironis apabila anggaran yang sebegitu besar ternyata disdik masih merasa kurang. Sampai menarik biaya pembelian soal ke sekolah-sekolah. “Anggaran sudah besar, mengapa masih merasa kurang dengan menarik biaya untuk pembelian soal ke sekolah-sekolah,” ketusnya. (abd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: