Perlu Embung untuk Atasi Krisis Air

Perlu Embung untuk Atasi Krisis Air

PATROL– Para petani di Kecamatan Patrol mengusulkan pembangunan embung untuk menyelesaikan persoalan krisis air di musim kemarau. Tak hanya itu, mereka juga meminta dilakukan penampungan  untuk kali pembuang. “Cara ini pernah dipraktikkan oleh beberapa kelompok tani (poktan) di wilayah kecamatan lain seperti Gabus Wetan. Mereka berhasil mengatasi kekeringan dengan cara ini. Di mana dalam satu hamparan sawah seluas 20 hektare dalam satu wilayah, satu hektarnya dihibahkan untuk membangun embung yang airnya bisa digunakan saat musim kemarau tiba. Sumber air embung berasal dari hujan maupun air sungai atau saluran irigasi,” beber tokoh petani Kecamatan Patrol, Dulyono (45), kepada Radar, Kamis (18/6). Tak sekadar mengatasi kekeringan, kata Dulyono, pembangunan embung bisa menambah kesejahteraan petani, karena bisa juga digunakan untuk budidaya perikanan. Oleh sebab itu, pemerintah perlu memberikan dukungan dan menjadi fasilitator. Tanpa peran pemerintah, akan sulit mencari tanah yang bersedia dihibahkan untuk keperluan penampungan air tersebut. Belum lagi infrastruktur pendung untuk embung dan salurannya juga menelan dana tak sedikit. “Harga sawah sekarang mahal, petani pasti enggan menghibahkan sawah mereka walau sebagian untuk keperluan pembangunan embung,” ucapnya. Di tempat terpisah, kuwu di enam kecamatan yakni Anjatan, Sukra, Patrol, Bongas, Gabus Wetan dan Kandanghaur meminta pemerintah mengoptimalkan Bendungan Salamdarma. Bendungan ini menjadi pintu utama distribusi air di perbatasan Indramayu dan Subang. Kuwu di enam kecamatan tersebut berharap, suplai air ke areal persawahan di wilayahnya bisa lebih baik lagi. Selama ini, air dari Bendungan Saladarma masih kurang optimal. “ Itu terjadi setiap musim tanam gadu petani dibuat kelabakan oleh ketersediaan air, karena air yang dikirim dari bendungan salamdarma tidak optimal. Dan kami dari pemerintah desa yang areal pertaniannya mengandalkan suplai dari bendungan tersebut berharap masalah air bisa ditanggulangi,” ujar Kuwu Desa Sidamulya, Kecamatan Bongas, Sobana. Sementara Kuwu Desa Mangunjaya, Kecamatan Anjatan, Maska Noorhasan SE mengungkapkan, Bendungan Salamdarma yang dibuat pada tahun 1923 oleh Pemerintahan Hinida Belanda, sudah waktunya direvitalisasi. Maska juga berharap pada bendung tetap tersebut dibangun bendungan karet.(kho/kom)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: