Belajar dari Warga Tionghoa, Tetap Gunakan Tungku Arang

Belajar dari Warga Tionghoa, Tetap Gunakan Tungku Arang

  Diana Rosdiawati (42), Bisnis Kue Tapel Khas Cirebon Kue tapel. Itulah namanya. Bagi warga Cirebon, tentu harus mengetahui makanan tradisional khas Cirebon yang satu ini. Penjual kue tapel kini jarang dijumpai, hanya ada di Jl Lemahwungkuk dan Pasuketan. Salah satunya pedagangnya Diana Rosdiawati (42). Lalu bagaimana peminatnya sekarang? JAMAL SUTEJA, Lemahwungkuk KUE Tapel sendiri terbuat dari tepung beras, kelapa dan campuran gula merah dan pisang saba. Menurut Diana, kata tapel sendiri berasal dari kata ditaptap dan dipelpel. Ditaptap karena pembuatan cetakannya harus menggunakan lengan secara manual. Biasanya menggunakan lapisan daun untuk meratakan adonan tepung beras dan kelapa yang sedang dipanaskan di atas tungku. Sementara itu dipelpel itu artinya ditekan menggunakan sendok untuk menghancurkan pisang dan gula merah. Maka jadilah disebut kue tapel. Pembuatan kue tapel yang unik ialah dengan cara dipanggang di atas tungku yang berbahan bakar arang. Arangnya agar tahan lebih lama harus kayu dari pohon asem. Setelah arang menyala. Baru bisa dimasukan sedikit mentega, dan adonan tapel. Proses pembuatan tapel sendiri kira-kira membutuhkan waktu 2-3 menit. Menurut Diana, dengan cara dipanggang itulah, yang membuat kue tapel lebih wangi. \"Namanya juga kue tradisional, ya pembuatannya harus sabar. Satu-satu, gak bisa banyak kayak pakai cetakan kue,\" jelas Diana kepada Radar. Rupanya Diana baru terjun bisnis ini sejak dua tahun silam. Ia meneruskan langkah bisnis ibunya yang bernama Sri. Ibu Sri sudah berpuluh-puluh tahun berbisnis tapel. \"Sejak ia masih gadis,\" kata Diana. Sang ibu yang sudah sepuh ini kemudian berhenti. Menurut Diana, ibunya belajar membuat kue tapel dari salah seorang warga Tionghoa. Maklum, tempat tinggalnya yang berada di Kp Petratean dekat dengan komunitas masyarakat Tionghoa. Dirinya pun kemudian tertarik melanjutkan usaha orang tuanya itu. Lantaran sudah memiliki pelanggan yang banyak. \"Langgan udah banyak, sayang kalau tidak diterusin,\" ucap wanita single parent beranak satu itu. Mayoritasnya dari kalangan Tionghoa. Setiap akhir pekan pesanan kue tapel meningkat. \"Kalau hari biasa paling omzet hanya Rp100 ribu hingga 150 ribu, kalau akhir pekan bisa Rp200 ribu sampai Rp300 ribu,\" ungkap wanita jebolan kampus CIC itu. Selain menjual tapel, Diana juga menyediakan tape panggang dan pisang panggang. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: