Rp40 M untuk Hujan Buatan

Rp40 M untuk Hujan Buatan

Pengaruh El Nino, Kemarau Bisa sampai November 2015 JAKARTA - Ancaman kebakaran hutan dan lahan semakin meningkat. Pengaruh El Nino turut berkontribusi pada ancaman peningkatan kebakaran karena menyebabkan cuaca lebih kering. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama lembaga terkait kini tengah berupaya membuat hujan buatan untuk mengantisipasi semakin buruknya kebakaran. “Saat ini statusnya sudah siaga darurat. Persiapan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), BNPB, maupun perusahaan swasta pun sudah dikoordinasikan,” jelas Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rafles B Panjaitan kepada Jawa Pos (grup Radar Cirebon). Sementara, Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan, modifikasi cuaca atau hujan buatan dilakukan pihaknya bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), KLHK serta TNI Angkatan Udara. Upaya itu digulirkan di titik-titik hotspot yang ada di Riau dan Sumatera Selatan. “Di Riau, hujan buatan telah dilakukan sejak Senin (22/6) lalu. Dengan menggunakan pesawat CN-295 TNI AU, sebanyak 36,5 ton garam (NaCl) telah ditaburkan ke awan dalam 21 kali penerbangan. Sementara, di Sumatera Selatan, hujan buatan dilakukan dengan menggunakan Casa 212-200 Pelita Air Service. Penaburan garam ke awan di Sumsel dilakukan sejak 9 juli 2015 lalu. Sudah 5 ton garam yang ditaburkan,” katanya, kemarin (12/7). Selain di wilayah Sumatera, lanjut dia, upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan juga dilakukan di wilayah Kalimantan. Untuk operasi ini, BNPB menargetkan waktu selama 90 hari masa kerja. Dalam masa tersebut, BNPB telah mengalokasikan dana sebesar Rp40 miliar. “Biaya ini sebagian besar untuk operasional pesawat terbang,” ucapnya. Dia mengemukanan, hujan buatan ini harus terus diupayakan. Sebab, pengaruh El Nino dapat menjadikan musim kemarau lebih panjang hingga November 2015. Dengan kata lain, ancaman kebakaran hutan dan lahan membesar juga cukup besar karena kondisi kering dan suhu udara tingggi. “Karhutla akan mudah terjadi di Sumatera dan Kalimantan jika tidak diantisipasi dengan baik,” tuturnya. Jika itu terjadi, sambung dia, bencana asap pun dapat mengancam kembali dan menimbulkan dampak besar. Bercermin dari kejadian sebelumnya pada Februari-April 2014 lalu, kebakaran di Riau dapat menyebabkan kerugian hingga Rp20 triliun. Kemudian, Cagara Biosfer seluas 2.398 hektar juga terbakar, 21.914 hektar lahan terbakar, 58.000 orang menderita ISPA, dan sekolah diliburkan. “Pemerintah pusat bersama gubernur dan bupati/walikota kini terus bersinergi untuk meminimalisir hal ini,” pungkasnya. Tak hanya hujan buatan, Sutopo menambahkan, bersama dengan pemerintah daerah, KLHK pun mendorong untuk memberikan dana intensif. Hal ini terkait pembelian teknologi untuk melakukan pengolahan lahan. “Selain sosialisasi, kita juga melakukan bantuan untuk pembelian traktor bagi wilayah-wilayah. Ini untuk alternatif pengolahan lahan agar mengolah bukan dengan membakarnya” tutupnya. (mia/lus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: