Penderita DBD Kembali Meninggal

Penderita DBD Kembali Meninggal

Dinkes Minta Warga Waspada SUMBER - Warga yang meninggal karena demam berdarah dengue (BDB) kembali bertambah. Sabtu (25/7) lalu, seorang anak berusia 10 tahun bernama Ugan Sugiantono, warga RT/RW 02/01 Desa/Kecamatan Beber, harus meregangkan nyawanya di RSUD Waled, karena terdiagnosa DBD. Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar, siswa kelas 4 sekolah dasar ini tidak bisa diselamatkan lagi nyawanya setelah satu jam dirawat di RSUD Waled. Sebelum dibawa ke RSUD Waled, almarhum Ugan dilarikan ke Puskesmas Beber, setelah mengalami demam beberapa hari. Setelah cek darah, trombositnya hanya sebesar 15 ribu per mikroliter. Puskesmas sudah menyarankan agar Ugan dirujuk ke RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. Namun, karena permintaan keluarga, akhirnya korban dirujuk ke RSUD Waled. Ketika dikonfirmasi, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon membenarkan informasi tersebut. Meski demikian, Dinas Kesehatan menyebutkan dokter dan paramedis sudah berupaya maksimal untuk menyelamatkan nyawa pasien tersebut. “Berdasarkan laporan dari Puskesmas Beber, semua tindakan yang memang menjadi kewenangan puskesmas sudah dilakukan,” ucap Kepala Dinas Kesehatan H Moh Sofyan SH MH kepada Radar, Selasa (28/7). Kasus kematian pasien DBD di wilayah Beber, merupakan yang pertama kali pada tahun ini. Karena wilayah Beber bukan endemis DBD. Pasien ini juga berasal dari Kecamatan Losari yang memang memiliki kerabat di Beber dan sedang berkunjung pasca Lebaran. “Kita belum bisa memastikan, apakah si pasien ini tergigit nyamuk di Beber atau Losari,” ujarnya. Meski demikian, kata Sofyan, tindakan preventif tetap dilakukan. Salah satunya memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat, menjaga lingkungan, mengubur, menutup dan mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk demam berdarah. “Di musim pancaroba seperti ini, kita harus betul-betul jaga kondisi tubuh dengan makan makanan yang sehat dan menjaga lingkungan sekitar kita,” bebernya. Pihaknya juga mengingatkan, jika ditemukan ada salah satu anggota keluarga yang mengalami demam tinggi, segera larikan ke puskesmas terdekat atau klinik kesehatan untuk diperiksa. Hal ini bisa sebagai langkah antisipasi penanganan terlambat. “Kematian DBD ini biasanya karena  masyarakat  terlambat  membawa anggota keluarganya untuk diperiksakan ke dokter jika terjadi demam tinggi,” kata Sofyan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, sampai dengan pertengahan 2015 ini, tercatat sebanyak 41 pasien meninggal akibat DBD dari 932 kasus atau 4,4 persen. Ada tiga kecamatan yang dikategorikan sebagai endemis DBD, yakni Weru, Plumbon dan Depok. “Dari 51 kasus, di Kecamatan Plumbon sudah menelan empat orang yang meninggal. Untuk kasus terbaru di Kecamatan Beber, belum masuk kedalam data kami,” imbuh Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, Nanang Ruhiyana. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, Nanag meminta, agar jangan sampai membiarkan adanya genangan bekas air hujan seperti di tempat penampungan, kaleng, pot atau botol. Kemudian, menaburkan bubuk abate ke sejumlah penampungan air agar jentik atau larva nyamuk mati. “Cara yang paling mudah adalah menguras tempat penampungan air seminggu sekali,” ujarnya. (jun) DBD MENGINTAI Kasus DBD dari Januari sampai pertengahan 2015

  • 932 kasus
  • 42 pasien meninggal atau 4,4 persen
  Kecamatan endemis DBD
  • Weru
  • Plumbon
  • Depok
  Pencegahan
  • Jangan biarkan genangan air
  • Taburkan bubuk abate ke sejumlah penampungan air
  • Kuras tempat penampungan air seminggu sekali
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: