Ribuan Hektare Sawah di Mundu Terancam Puso

Ribuan Hektare Sawah di Mundu Terancam Puso

Tahun Lalu Direvitalisasi, Waduk Setupatok Kering Lebih Parah MUNDU - Ribuan hektare sawah yang ada di Kecamatan Mundu terancam puso (gagal panen). lantaran sudah tidak lagi mendapatkan pasokan air dari Waduk Setupatok. Sedangkan para petani pun kini kesulitan untuk mendapatkan air. Mereka pun pasrah jika pemerintah tidak segera memberikan bantuan dan solusi atasi bahaya puso yang sudah ada di depan mata. Jaelani, petani Desa Mundu Mesigit kepada Radar menga­takan bahwa sawahnya sudah sekitar satu minggu tidak men­dapatkan pasokan air dari Waduk Setupatok. Bila sampai satu minggu ke depan tidak dapat air, tanaman padi yang baru usia 60 hari ini bisa puso. Bukan hanya sawah milik Jaelani saja yang mengalami puso, tapi ratusan hektar sawah di Desa Mundu Mesigit semuanya mengalami puso. “Untuk Desa Mundu Mesigit saja ada sekitar 130 hektare sawah yang terancam puso. Makanya kami minta ada bantuan sumur bor, sedangkan ada bantuan sumur bor dari pemerintah hanya ada dua titik saja di Mundu Mesigit sedangkan sawahnya sudah 130 hektara,” ujar Jaelani. Petani lainnya, Suki kepada Radar mengatakan bahwa paska keringnya Waduk Setupatok, dirinya benar-benar kesulitan mendapatkan pasokan air untuk sawahnya. Dirinya coba bikin sumur bor namun tidak keluar airnya. “Memang banyak juga petani yang buat sumur bor, dan biayanya juga cukup mahal,” ujar Suki. Untuk setengah hektare sawah saja, butuh waktu sampai dua hari dua malam untuk mengairi sawah. Belum lagi solar yang dipakai bisa sampai puluhan liter untuk setengah hektare saja. Suki mengatakan jika sawah-sawah yang ada di Kecamatan Mundu puso, maka para petani akan menderita kerugian hingga miliaran rupiah. “Kemaraunya parah sekali, dan pemerintah juga belum ada bantuan. Jadi kalau puso ya saya pasrah, terus harus bagaimana lagi berbagai macam usaha sudah saya lakukan, termasuk buat sumur bor, tapi nggak ketemu air,” jelasnya. Sementara itu, Waduk Setupatok sudah tidak bisa mengairi sawah sejak Jumat (21/8) karena airnya habis. Padahal pada pertengahan tahun 2014 lalu BBWSCC (Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung) melakukan revitalisasi Waduk Setupatok, namun justru tahun 2015 ini merupakan kekeringan terparah di Waduk Setupatok. Salah satu petani Desa Penpen Kusnen kepada Radar mengatakan bahwa Waduk Setupatok sudah tidak mengaliri sawah-sawah yang ada di beberapa Kecamatan.“Saya heran Waduk Setupatok ini pada pertengahan tahun 2014 sudah diperbaiki dengan dana yang cukup besar. Tapi kok malah tahun 2015 ini justru Waduk Setupatok tambah parah kekeringannya dibandingkan tahun kemarin, bahkan sekarang kan nggak ada airnya sama sekali,” ujar Kusnen. Warga sekitar Waduk Setupatok, Marni kepada Radar mengatakan bahwa dirinya merasa kebingungan dengan keringnya Waduk Setupatok. Karena air waduk sangat dibutuhkan untuk mencuci dan kebutuhan lainnya. Sementara itu Koodinator Lapangan Daerah Irigasi Setupatok PSDA Cimanuk Cisanggarung Provinsi Jawa Barat H Aleh kepada Radar membenarkan bahwa waduk Setupatok sudah tidak ada air sama sekali. “Sejak hari Kamis kemarin air waduk sudah nggak ada. Karena nggak ada air maka waduk Setupatok juga sudah nggak bisa mengairi sawah-sawah di tiga Kecamatan,” ujar Aleh. Aleh mengungkapkan salah satu penyebab keringnya waduk setupatok. Salah satunya yaitu curah hujan sekitar Waduk Setupatok tahun ini sangat sedikit sekali. Apalagi sekitar Sungai Cibulu yang menjadi penyuplai air di waduk itu juga sangat sedikit pasokan airnya. Untuk per detik saja itu debitnya kurang dari satu kubik, sedangkan idealnya untuk bisa mengairi waduk itu per detiknya pasokan air harus lebih dari 1,5 kubik. “Sehingga sekarang setelah musim hujan kemarin waduk setu hanya bisa mengisi air sebanyak 10 juta meter kubik, seharusnya waduk setupatok itu harus bisa mencapai 14 juta meter kubik untuk bisa mencegah kekeringan,” jelasnya. (den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: