Untuk Pelestarian, Butuh Museum

Untuk Pelestarian, Butuh Museum

\"coverstory\"KOTA Cirebon sampai detik ini belum memiliki museum representatif. Hal ini menjadi kendala untuk melestarikan dan merawat benda-benda pusaka peninggalan sejarah. Ketua Kompepar Keraton Kasepuhan yang juga Kepala Pemandu, Iman Sugiman mengatakan, keberadaan museum cukup penting untuk melindungi benda-benda pusaka. Selama ini, keraton memiliki museum dengan perawatan yang seadanya. Biaya untuk perawatan benda pusaka didanai secara swadaya. \"Museum itu tidak hanya untuk menyimpan benda pusaka, tapi secara luas bisa menjadi tempat untuk memperkenalkan sejarah dan budaya yang ada di Kota Cirebon,\" ujar Iman. Hal ini pun diamini oleh Koordinator Asosiasi Museum Nusantara Indonesia (AMNI) Jawa Barat Wilayah III Cirebon, Mustaqim Asteja. Meski memiliki sejarah yang panjang, Kota Cirebon belum memiliki museum. Oleh karena itu, kebutuhan museum sangat penting, terlebih Kota Cirebon didaulat masuk dalam jaringan kota pusaka. Di samping juga kota tujuan wisata. \"Membangun museum di Kota Cirebon sangat beralasan, salah satunya untuk mewariskan nilai tradisi kepada generasi muda. Selain itu, sebagai lembaga edukasi dan menjadi pelengkap kegiatan wisata,\" tandas Mustaqim. Dijelaskan dia, fungsi utama museum memang untuk menampung dan menyimpan benda kuno. Namun selain itu, juga untuk edukasi seperti penelitian sejarah dan lainnya. \"Museum juga sebagai sarana hiburan. Dalam pengembangannya bisa menjadi alternatif tambahan tempat destinasi wisata, supaya wisatawan juga tidak bosen berkunjung ke Cirebon,\" jelasnya. Kepala Seksi Bina Nilai Sejarah dan Kepurbakalaan Disporbudpar Kota Cirebon, Sugiono SPd mengakui, pemerintah tidak memiliki anggaran khusus untuk merawat benda-benda pusaka. Anggaran hanya untuk perawatan museum yang berada di keraton-keraton. Minimnya anggaran pelestarian benda pusaka, lanjut Sugiono, karena pemerintah kota masih belum memiliki museum untuk merawat dan menjaga benda-benda pusaka. Sehingga keberadaan benda-benda pusaka dikelola oleh masing-masing keraton. Dia membeberkan, benda pusaka ada beberapa kategori, yakni benda pusaka yang bergerak dan tidak bergerak. Benda pusaka bergerak ini seperti pedati, keris, tombak, dan lainnya. \"Arti bergerak di sini bisa dipindahkan,\" ujarnya. Sementara untuk benda pusaka yang tidak bergerak seperti bangunan keraton dan situs. Dengan adanya museum, kata Sugiono, sebenarnya membuat pemerintah lebih gampang untuk melestarikan dan memelihara benda-benda pusaka yang saat ini sangat berharga, sebagai bahan pengetahuan dan edukasi masyarakat. Selain itu, pemerintah hanya bisa memberikan pelatihan kepada sumber daya manusia yang mengelola keraton. \"Bentuk perhatian pemerintah itu ada pula yang berupa pelatihan sebagai kurator, juga pelatihan labelisasi benda-benda pusaka,\" jelasnya. (jamal suteja)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: