Bangga Batik Cirebon Tetap Eksis Generasi Muda Ikut Lestarikan Budaya

Bangga Batik Cirebon Tetap Eksis  Generasi Muda Ikut Lestarikan Budaya

HARI Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober disambut baik oleh kalangan pembatik di Cirebon. Salah satunya adalah Katura (58), seorang budayawan dan seniman batik, sekaligus pemilik sanggar batik yang terletak di Desa Trusmi, Kabupaten Cirebon. Ia menyambut baik setelah dicetuskan Hari Batik Nasional, dan setiap tahun mestinya menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat karena di Cirebon memiliki batik yang khas. Cirebon memang terkenal dengan batiknya yang kaya dengan ribuan motif batik Cirebon. “Di Hari Batik Nasional 2015 ini saya bangga, karena batik-batik yang ada di Kabupaten Cirebon ini tetap eksis, dan banyak dilirik oleh mancanegara, juga wisatawan lokal. Tidak sedikit pula pengunjung yang sengaja datang ke Cirebon hanya sekadar mencari batik Cirebon,” bangganya. Saking cintanya kepada batik, ia berusaha melestarikan budaya membatik ini dikalangan para remaja. Terbukti hasil batik yang dipajang di sanggarnya itu hasil dari kreativitas tangan para pemuda Kabupaten Cirebon. Ia menyadari bahwa usia batik ini akan terus berkembang, oleh karena itu untuk melestarikan dan mempertahankan batik ini agar tidak punah, ia membuka sekolah membatik, dan membiasakan para remaj-remaja di sekitarnya untuk belajar membatik. “Untuk melestarikan budaya membatik ini, saya usahakan para pemuda yang ada di Trusmi ini untuk ikut belajar membatik, agar budaya membatik ini tidak punah, karena tidak ada penerusnya. Maka dari itu saya menyadari, kemajuan dan bertahannya batik ini tergantung pada pemudanya,” ujarnya. Diungkapkan Katura, berkembangnya batik trusmi ini tidak luput dari dukungan pemerintah, terbukti dengan adanya bangunan central batik yang ada di Jalan Raya Weru. Itu sudah membuktikan bahwa pemerintah sangat peduli dengan kebudayaan membatik, dan industri batik Cirebon yang dinilai sangat kaya dengan motifnya. “Ya selama ini kita selalu mendapatkan perhatian dari pemerintah, buktinya kita dibangunkan gedung central batik, sehingga para perajin bisa menjualnya di sana,” ungkapnya. Eda (21), salah seorang perajin batik di Sanggar Katura menuturkan sejak lulusan Sekolah Dasar ia sudah mencintai batik, maka dari itu ia sejak dini sudah mulai belajar membatik. Ia melakukan hal itu, karena dirinya menyadari jika yang meneruskan budaya pembatik, kalau bukan anak-anak muda seperti dia, lalu siapa lagi? Sedangkan para orang tua sudah sepuh, yang tidak mungkin akan membatik terus–menerus. “Dari kecil mas saya belajar batik di sini, karena batik ini kan kebanggaan Cirebon, mangkanya kita harus melestarikannya, dan mempertahankan batik Cirebon, agar tidak diklaim oleh negara lain,” ungkapnya. (arn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: