Demokrat Di Ambang Perpecahan

Demokrat Di Ambang Perpecahan

\"\"Dorongan Anas Mundur Makin Terbuka JAKARTA - Perpecahan di internal Partai Demokrat menyusul wacana pelengseran Anas Urbaningrum sebagai ketua umum, makin berada di ambang. Antar kader sudah semakin terbuka saling serang satu dengan yang lain. Pembela Anas di satu sisi, dan pihak yang mendorong ada penggantian ketua umum di sisi yang lain. Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi DPP Partai Demokrat, Ruhut Sitompul menyuarakan dorongan agar Anas secara sukarela mundur dari jabatannya. Menurut dia, hanya dengan kelegowoan mantan ketua umum PB HMI itu untuk mundur, partai bisa diselamatkan.  “Kita lihat lah Pak SBY itu, kita sebagai anak-anaknya mbok tahu diri lah, jangan sampai suatu saat kalau terjadi (jadi tersangka) baru mundur, kalau dipecat juga nggak baik,” kata Ruhut di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (2/2). Menurut dia, polemik isu keterlibatan Anas dalam kasus korupsi Wisma Atlet tidak boleh dibiarkan terlalu lama lagi. Menurut salah satu tim sukses Anas saat maju sebagai ketua umum di Kongres Bandung 2010 lalu, tersebut, polemik soal isu keterlibatan Anas telah membuat citra partai makin terpuruk. Karenanya, lanjut dia, jika memang merasa tidak terlibat, maka Anas harus memberikan pernyataan secara terbuka terkait namanya yang terus disebut-sebut terlibat. Bukan hanya sepotong-sepotong menyatakan tidak terlibat. \"Ini kok diam saja, bilang kalau itu tak benar, komentar dong. Dia harus yakin bahwa dia dia tidak terlibat,\" tandasnya. Dia menyatakan, kalau pihaknya khawatir situasi terhadap Anas mirip seperti yang terjadi terhadap Miranda S Goeltom. \"Orang sudah pada dipenjara, dia (Miranda, Red) baru tersangka, bagaimana kalau kondisi itu sampai nanti 2013, apa nggak ke laut partai kami\" tegasnya. Antara pernyataan terakhir dan posisi Ruhut selama ini memang mengundang tanda tanya. Selain menjadi salah seorang tim sukses Anas di kongres, beberapa waktu lalu, Ruhut juga ditunjuk sebagai salah seorang kuasa hukum mantan anggota KPU tersebut. Yaitu, ketika Anas mengadukan Nazaruddin ke polisi dengan tuduhan telah melakukan fitnah. Pernyataan Ruhut soal dorongan mundur tersebut langsung direspon keras oleh orang-orang dekat Anas. Ketua Departemen Pemuda dan Olahraga DPP Partai Demokrat Gede Pasek Suardika menilai dorongan mundur kemungkinan besar adalah bagian dari upaya kudeta kepemimpinan Anas. Dia mengingatkan, agar Anas waspada terhadap gerakan-gerakan itu. Sebab, dia menilai, langkah kudeta sudah semakin berani muncul ke permukaan. “Harus waspada atas kudeta merangkak ini, sebelumnya diawali dengan kudeta merayap. Jangan sampai berdiri,” kata Pasek, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta. Menurut Pasek, dalam melaksanakan gerakannya, pihak-pihak yang bukan hanya berasal dari kalangan internal tersebut selalu menggunakan kedok penyelamatan partai. “Harus hati-hati, ingat pesan Pak SBY, tahun ini adalah tahun kerja bukan tahun politik, apalagi tahun utak-atik ketum,” kata Pasek. Karena hal tesebut, dia juga berharap, Anas bisa tegas menindak kader-kader yang secara sengaja tidak mematuhi perintah SBY tersebut. Anas harus pula tegas melawan upaya-upaya kudeta terhadap dirinya. “Ketum perlu lah tindak yang begitu-begitu, nanti tinggal dipertanggungjawabkan di kongres. Beliau (Anas, Red) memang terlalu santun, sudah saatnya tegas,” tandas anggota Komisi II DPR tersebut. Sementara itu, di bagian lain, anggota Dewan Kehormatan Demokrat Jero Wacik mengatakan, ribut-ribut seputar penggantian Anas dari kursi ketum akan segera berakhir. Partainya juga siap menghadapi pemilu 2014. “Kami sangat yakin, masih optimis, sebelum 2014 sudah beres urusan ini dan siap berkompetisi,” kata Jero yang juga menteri ESDM di kompleks Istana Kepresidenan. Dia menegaskan, kondisi internal Demokrat masih solid. Seluruh kader juga loyal. Bahkan Jero menyebut, SBY yang merupakan ketua dewan pembina sebagai godfather bagi Demokrat. “Jadi jangan khawatir karena presiden masih firm ketua dewan pembina. Kami masih solid,” tegas Jero. Menurut Jero, perbedaan pendapat wajar terjadi dalam sebuah parpol. Termasuk di lingkup dewan pembina. Namun karena itu terjadi di Demokrat, kata, kemudian direspon berlebihan. “Heboh sekali. Coba kalau partai lain, nggak dihebohkan. Itu resiko kami sebagai partai nomor satu,” tandasnya. Mantan menbudpar itu kembali menegaskan tidak benar ada opsi penggantian Anas. Namun setiap kader diminta untuk menjaga citra partai. “Semua kader diminta menjaga citra partai, termasuk para menteri, anggota dewan pembina, ketua umum, semua harus jaga,” terang Jero. (dyn/fal)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: